Cinta Seorang Putri

Sinopsis
Putri adalah sedikit dari anak gadis yang mempunyai kemandirian dan keberanian mengambil resiko , selain itu dia juga gadis yang mempunyai mimpi besar. Dan karena idealismenya itu ternyata banyak cowok yang justru kagum akan pribadinya, yang dianggap lain daripada yang lain, karena biasanya gadis – gadis cenderung bersikap manja, cerewet, minta dinomorsatukan dan merasa lemah.
Dan perjalanan cinta Putripun jadi berliku ketika ada tiga cowok sekaligus yang menyatakan cinta padanya. Dan ketiga cowok itupun bukalah cowok yang sembarangan, mereka semuanya cowok yang berkualitas dibidangnya masing- masing.dan ketiganya juga menawarkan cinta yang tidak sama.
Ada Bayu vokalis band yang cuek dan sedikit autis tapi romantis habis, ada Desta sijenius yang menawarkan cinta yang santun dan ada pak Rian sang guru dengan cintanya yang tenang. Dan semuanya relah mengorabankan apapun demi mendapatkan cinta Putri.
Dimulai dengan kisah cinta pak Rian sang guru yang dengan setia mendampingi dan menunggu Putri menyelesaikan kuliahnya, tetapi ternyata ditengah perjalanan penantiannya, tiba – tiba Putri memutuskan hubungan mereka yang belum sempat tersambung dengan rapih itu, sementara itu Desta melihat keakraban pak Rian denga Putri akhirnya dengan sekuat hatinya dia berusaha menggerus cintanya, melupakan perasaannya, menepihkan cintanya dan membunuh cintanya demi kebahagiaan Putri dan pak Rian, dan itu sungguh sangat sakit, sakit sekali bahkan lebih sakit dari patah hati.
Sedangkan Bayu yang mampu bertahan, yang memperjuangkan cintanya dengan caranya sendiri, cara yang unik,, cara yang membuat Putri menjadi terikat dengan perjanjian konyol yang dibuat Bayu, tapi justru dari perjanjian konyol itu yang mempersatukan cinta Putri dan Bayu, yang menjadikan cinta mereka kokoh dan akhirnya dengan berani Putri mengambil keputusan bahwa Bayulah takdir cinta Putri, cinta yang dia cari selama ini.
Memang cinta itu misterius, tapi cinta juga hebat, karena cinta tahu arah mana yang dia tuju, pada siapa dia berlabuh, dan bagaimana cara berlabuhnya hati yang kasmaran .dan cinta juga punya waktu yang tepat untuk kapan berlabuh.

Ketika Cinta Harus Menunggu Episode 4

4.Biarkan mimpimu Terbang
Pagi itu tidak seperti biasanya , Danang menuju ke sekolah tempatnya mengajar tidak memakai ninja kesayangannya, tetapi dia naik sepeda gunung . Dengan santai dia mengayuh sepeda gunungnya.
Udara pagi terasa segar menyapu wajahnya, sejenak danang merasa lapang, sesak hati beberapa waktu yang lalu mulai menguap.dengan perlahan dihirupnya udara pagi yang segar kuat – kuat. Hemz……………..segar terasa sampai kerelung hati yang paling dalam.
Sampai sekolah waktu masih menunjukkan angka 6.15. masih pagi, murid – muridnya belum ada yang datang apalagi rekan – rekan gurunya. Terlihat pak ujo pesuruh sekolah sedang menyapu halaman. Pak Ujo mengangguk memberi hormat pada danang.
“Wah janur gunung nak guru Danang, kok sudah datang, masih pagi lo “, seru pak Ujo setengah menggoda
“sengaja pak…..,cari udara pagi sambil olahraga ‘, jawab Danang sambil memarkir sepeda gunungnya.
Danang mendatangi pak Ujo, bersalaman.Pak Ujo menatap Danang lekat – lekat, dia tahu cerita tentang penyebab Danang sakit. Rasa sayang pak Ujo kepada Danang yang telah dia anggap seperti anaknya sendiri, membuat pak Ujo gak bisa menahan diri untuk tidak merangkul Danang.
Dua orang laki – laki dewasa itu saling berangkulan, pak Ujo sambil mengusap – usap punggung guru muda yang dia sayangi itu berbisik
‘sabar……yo le.., sabar……., eling”.guman pak Ujo
Dan kedua orang dewasa yang beda usia, yang beda kedudukan itupun duduk bersandingan, saling menguatkan, saling mendukung. Dan perasaan Danang sedikit lega karena masih ada orang yang empati pada penderitaan batinnya.Tidak peduli siapa itu orangnya.
Siang itu Danang dapat menyelesaikan harinya dengan lancar. Teman – temannya semua menghibur., semua teman guru menyayangi guru ganteng yang satu ini, apalagi murid – muridnya semua sayang, makhlum Danang merupakan satu –satunya guru yang pintar bermain musik, hampir semua alat musik dia kuasai, sehingga kadang – kadang Danang mengajak anak muridnya bernyanyi dengan diringi petikan gitarnya, sedang Ety tidak masuk untuk beberapa hari, ijin pulang ke Jogjakarta. Ada urusan keluarga yang harus diselesaikan. Dan bentuk urusan macam apa tidak ada yang tau, dan Danangpun tak peduli dan tak mau peduli.
Hari – hari selanjutnya Danang bisa lalui dengan enjoy tanpa kendala yang berarti. Bahkan saat Ety sudah masuk kerjapun, Danang tidak terusik .Danang tetap santai. Tak ada senyum manis apalagi kata – kata menghibur, Ucapan sekedar say hello saja tidak keluar dari mulutnya apalagi untuk berbasa basi menyapa Ety.
Danang selalu datang paling pagi dan pulang sekolahpun dengan sesegera mungkin, apabila dia sudah merasa menyiapkan segala penunjang kegiatan belajar mengajar untuk besok langsung dia akan pamit pulang.
Kursi kebesaran di ruang gurupun sekarang jarang dia sentuh. Sebagai guru kelas setiap hari begitu datang Danang langsung masuk kelas, sehingga kesempatan untuk ngobrol atau sekedar share dengan teman sesama guru untuk masalah yang mungkin ditemui di kelas, tidak diagunakan. Tetapi semua temannya bahkan kepala sekolahnya menyadarai keadaan Danang, dan mereka semua bisa menerima.
“Day……..ntar aku ikut yah pulang sekolah “, kata Ety dengan memakai nama panggilan kesayangan ketika berpapasan dikoridor depan ruang guru.
“ikut kemana….?’.jawab Danang santai.
‘ke rumahmu……ni ada oleh 2 dari jogja’, jawab Ety kemayu.
“aku bawa sepeda, kalau kamu ikut mau naik mana ? ban apa stir”, jawab Danang sengak sambil berlalu meninggalkan Ety yang bengong.
Sungguh tidak sopan terdengar ditelinga. Kata orang tua gak punya unggah ungguh.. Ety yang merasa diperlakukan tidak adil itu cemberut, dan tanpa sadar ditendangnya daun pintu ruang guru yang persis ada didepannya, rupanya tendangan Ety cukup kuat, Ety merasa kesakitan, sambil meruntuk dalam hati dielusnya kakinya
“ sialan”. umpatnya lirih, dan Danang yang merasa tidak terjadi apa – apa dengan santainya ngeloyor pergi, meninggalkan Ety sendiri yang uring – uringan.
“tak berperikemanusiaan ‘, sekali lagi Ety mengumpat lirih.
Sedangkan suara jedor yang cukup keras akibat tendangan maut Ety tadi ternyata cukup mampu juga mengagetkan teman – teman guru yang sedang duduk santa istirahat di ruang guru, mereka saling berpandangan dan ada beberapa yang tertawa cekikikan, seakan meledek Ety.
“Ada apa bu Ety, sepertinya ada gempa yah”, goda pak Harun guru olaharaga yang berbadan besar dan berkulit hitam.Ety diam dan dengan tetap pasang muka asam dia langsung ngeloyor pergi keluar. Pura – pura tidak mendengar .
Pak Ujo yang melihat dari jauh hanya tersenyum girang.Danang menuju tempat parkir, diambilnya sepedanya dan dikayuhnya pelan.
“monggo pak Ujo….kulo riyin nggih”.
“monggo..monggo..nak guru, hati – hati “.
Siang itu akhirnya Ety nebeng pak Edy , guru baru pindahan dari kota Batu. Ety minta diantar kerumah Danang. Untuk mengantar oleh – oleh dari jogja titipan mamanya untuk calon besan katanya.
Sudah hampir satu jam Ety menunggu Danang, perasaan gelisah sudah menggelayut manja dihatinya tetapi yang ditunggu gak datang – datang . Ibu Danang merasa prihatin dan hanya mampu basa – basi untuk menenangkannya. Dia tidak ingin ada kesalah pahaman antara anaknya dan calon mantunya.
Danang pulang ketika waktu sudah menjelang sore. Masuk ke rumah dengan memberi salam lebih dulu, terus mandi, dan langsung ganti baju.
“arep nang endi maneh anakmu bu, baru juga sampai rumah’. Gerutu bapak
‘yo ditanyain dewe to pak, aku ra wani”. Jawab ibunya
“kamu itu lo sama anak kok gak berani, wis kuwalik piye dunia iki, wong tuwo ra wani ngandani anak’, suara bapak makin kesal.
Ibu diam langsung ngeloyor pergi ke dapur, menyiapkan makan malam.
“kamu mau kemana, mbok yo istirahat dulu, opo ra kesel to “, Tanya bapak
Danang diam sejenak lalu menjawab sekenanya “cari hiburan, sumpek di rumah “,
“tadi Ety nunggu kamu lo, hampir 2 jam, coba kamu kesana, ketempat kostnya, cari tau ada apa “. Bapaknya mengingatkan kehadiran Ety.
“Cari tau apa, tadi kan juga ketemu di sekolah, gak ada apa – apa, dia kan ngantar oleh – oleh buat jenengan to, gitu aja kok diributkan”.
Tanpa menunggu lama, langsung Danang keluar, dikeluarkannya motor ninjanya dari garasi, sebentar kemudian sudah melesat di jalan raya.
Bapak , ibu serta adik Danang bukan tidak merasa ada perubahan yang amat besar pada diri Danang. Danang yang dulu ramah selalu santun dan menurut orang tua, sekarang ada pemberontakan – pemberontakan kecil, cuek dan masa bodoh
. Kedua orang tua Danang tak dapat berbuat banyak, Danang mulai melakukan aktivitasnya saja sudah cukup menghibur hati mereka. Untuk lainnya biarlah sambil jalan, lama – lama juga danang akan mengerti , bahwa hidup itu tak semudah dia mengucapkan kata, jadi apa yang dia inginkan tidak dapat dengan mudah terpenuhi semua, tidak hanya urusan pribadi yang jadi patokan, tetapi banyak pertimbangan yang harus dan perlu dipikirkan, ada orang lain disekitar kita, tidak hanya orang tua dan saudara tetapi banyak lagi.
Disisi lain, Ety .lama – lama mulai gak tahan diperlakukan seperti itu sama Danang, tidak dianggap sama sekali keberadaannya. Benar – benar menyakitkan hati. Walaupun sekarang Danang sudah tidak lagi bertelepon ria dengan Ratih, tetapi sikap cuek Danang dirasakan lebih menyakitkan hati Ety.
Tanpa ekspresi, dingin dan rasa penasaran Ety untuk dapat melihat tatapan teduh dan senyum yang menenangkan dari Danang sepertinya tak akan pernah terwujud, bagaikan keinginan untuk melihat tumbuhnya jamur dimusim kemarau. Hal yang mustahil.
Dibatas kesabarannya sengaja siang itu Ety menggoda pak Edy, dia ingin melihat Danang cemburu. Bukankah sampai saat ini dia masih pacar Danang, walau belum tunangan, tetapi Ety percaya 100 persen, mana mungkin Danang tidak cemburu melihat pasangannya bersama orang lain, bukankah itu sudah menyangkut harga diri seorang laki – laki.
“pak Edy……nanti bareng yah, kebetulan rumah kita kan searah”, rengek Ety manja dan sedikit dibuat – buat.
Pak Edy tersenyum pakewuh , sebelum menjawab dia menoleh ke Danang minta persetujuan. Danang memandang heran, tak mengerti,
“kenapa pak Edy?’ Tanya Danang.
“nih bu Ety mau bareng diijinkan gak ?’.
“O….itu, silahkan …silahkan, terimakasih yah pak sebelumnya, sudah bersedia mengantar bu Ety.sekali lagi terimakasih “. Danang menjawab dengan entengnya.
Ety mendelik memandang Danang, semakin membuncah amarahnya.Ingin dia mencakar muka Danang, tapi dia tak berani melakukan. Ety langsung menarik tangan pak Edy, mengajak pergi tanpa menoleh kearah Danang lagi dengan perasaan yang campur aduk, ada marah, geram, mangkel, kecewa dan sakit hati.
Danang hanya mampu tersenyum. Dijentikan jarinya, tanda dia puas. “YES “ soraknya dalam hati, kegirangan.
Hari – hari selanjutnya hubungan Danang dan Ety makin renggang ,tanpa pertengkaran, tapi juga tanpa komunikasi yang harmonis, tanpa basa basi, keduanya saling menjauh. Saling menghindar.Kadang kalau tanpa sengaja berpapasan ,Danang melempar senyum, dan sungguh Ety sangat tidak suka karena senyum Danang benar – benar jauh dari kata manis. Kalau boleh jujur sih lebih tepatnya bukan senyum tapi meringis .Ih……membuat hati Ety makin mangkel dan geram.
Bahkan akhir – akhir ini lebih terlihat keakraban Ety dan pak Edy. Sebetulnya pak edy tidak terlalu jelek, bahkan cukup simpatik, sabar dan agak pendiam. Jadi sangat klop bila harus berkolaborasi dengan Ety yang cerewet, egois , posesif dan agak manja.
Pak Edy bisa ngemong Ety .Dan sangat kelihatan sekali kalau Ety akhirnya merasa lebih nyaman dengan pak Edy. Yang kata orang pak Edy lebih dapat mengharagainya sebagai perempuan yang memang ingin selalu disanjung.
Dan itu sangat bahkan amat sangat menggembirakan Danang, paling tidak dia tidak perlu bersusah payah untuk lari dari ikatan Ety. Tak perlu lagi memberikan alasan atau mungkin pengertian kepada siapapun atas ketidakcocokan antara dia dan Ety.
Dia tidak akan dipersalahkan oleh keluarganya ataupun keluarga Ety. Apabila pertunangan yang sudah digadang – gadang kedua orang tua itu tak terwujud. Dengan alas an tidak ada kecocokan lagi maka semuanya akan berakhir dengan damai, tanpa perselisihan ataupun dendam.
Danang benar – benar menikmati hari – harinya, bahkan kesendiriannya dirasakan amat sangat melegakan. Amat sangat menyenangkan .Danang benar – benar merasa bebas.
Merdeka. Merdeka hati .Merdeka waktu. Merdeka badan. Gak perlu bersusah payah mengatur waktu untuk ini itu, apabila saat ini suka ayo. Apabila gak suka ya sudah.
Danang dengan bebas membawa hati dan ingatannya mengembara kekenangan ketika bersama Ratih. Ketika hujan dan berpayung berdua .Ketika memasak bersama. Ketika menikmati tahun baru dengan menyususri jalan di pusat kota Bandung. Ketika bermain bulutangkis bersama di halaman depan kost.
Minggu pagi , Danang dan Ratih bermain bulutangkis. Tidak imbang sebetulnya .Danang yang jangkung melawan simungil Ratih. Tapi memang cewek ayu satu ini kecil – kecil cabe rawit, selalu dia bisa mengembalikan pukulan danang dengan manis. Danang sangat salut dan kagum dengan kelincahan ratih. Cewek mandiri tidak manja, pintar dan baik hati.
Usai bermain bulutangkis Ratih menyeka keringatnya sambil duduk selonjor dan menyandar di tiang net. Pipinya yang bersih kemerah – merahan menambah nilai ayu pada dirinya, dan ini membuat danang makin geregetan campur gemes, inginnya tangan danang mencubit pipi ranum itu ,danang menghampiri dan duduk tepat didepan ratih, diangsurkannya air mineral kesukaan ratih.
Ratih menerima dengan senyum tulusnya’ Makasih yang mas”.
“sama – sama sayang’. Jawab Danang.
Ratih mendengar Danang memanggilnya dengan sebutan sayang, mendelik protes. Danang menggoda lagi
“ada apa sayang, minta diambilkan apa, mas Danang siap sedia kok. sungguh “, goda Danang lagi.
Ratih gak tahan digoda dengan segera dicubitnya keras – keras pinggang Danang. Aneh cubitan yang didaratkan Ratih cukup keras, tapi Danang sama sekali tidak kesakitan, malah cengengesan. Kesenangan. HERAN!!!
Ah ……..desah panjang Danang sambil mengusap pinggangnya, seakan masih terasa cubitan Ratih yang sudah beberapa tahun yang lalu itu. Inginya dia mengulang kembali memori itu. Inginnya dia memutar waktu kembali kekenangan manis bersama Ratih.
Kegiatan Ratih sehari – hari masih sama, sebagai ibu guru taman kanak – kanak yang sabar, yang disayangi anak didiknya, dan yang disegani teman temannya. Bukan Ratih sudah lupa dengan Danang, tetapi ratih lebih realistis, dia sudah bisa menentukan sikap,menerima aris sebagai calon pendampingnya. Karena ada perasan Ayah dan ibunya, ada perasan kakaknya, dan orang tua Aris yang harus diperhitungkan.
Usai mengajar ratih dipanggil kepala TK, Ratih ditugaskan untuk mengikuti workshop tentang model – model pembelajaran di TK, tempatnya di hotel satelit surabaya, selama tiga hari.
Karena masih dalam kota, sebetulnya Ratih ingin pulang kerumah, jadi tidak usah ikut nginap di hotel seperti peserta lainnya yang datang dari luar kota, tetapi karena aturannya semua peserta harus nginap di hotel yah Ratih harus taat pada peraturan panitia penyelenggara workshop.
Ratih dapat teman tidur satu kamar dari kota malang. Orangnya cantik dan periang .tidak memerlukan waktu yang lama untuk dapat akrab dengan Nita, guru TK yang periang dari malang itu. Dengan seketika Ratih langsung merasa saling cocok.
“Jadi bu Nita mengajar di TK melati, ibu kenal sama bu Wiwik yah ‘ TanyaRatih yang mempunyai teman mengajar di TK Melati, namanya bu Wiwik. Yang kebetulan juga kakak tingkatnya waktu kuliah di UPI dulu, tepatnya sih teman satu angkatan dengan Danang, walau beda jurusan.
“ea beliau kepala TK ku”
“kalau begitu ……titip salam yah nanti bila sudah pulang “.
“beres deh…….walau gratis dijamin tetep nyampek kok ‘, gurau bu Nita.
Dan kedua teman baru itu saling tergelak. Tertawa terbahak – bahak. Siapapun yang melihat mereka ikut tersenyum gembira melihat keceriaan dua guru ayu tersebut.
Tanpa terasa dua hari sudah terlewati , Nita dan Ratih mengikuti materi workshop dengan enjoy dan kebetulan pematerinya juga sangat pandai dan cukup humoris dalam menyampaikan sehingga tidak membosankan.
Hari ketiga acaranya Cuma penutupan, jadi checkout dari hotel masih pagi pukul 10.00. Ratih menawari Nita untuk main kerumahnya, nitapun tidak menolak ajakan ratih, akhirnya dengan jasa taksi mereka pulang. Sengaja Ratih tidak minta jemput mas Aris , karena dia tahu persis bahwa tunangannyaa pasti sibuk .
Sampai rumah Ratih langsung membantu ibu masak didapur, menyiapkan makan siang untuk tamunya , sedangkan Nita asyiik menunggu Ratih di kamar dengan melihat – lihat album foto Ratih, tetapi betapa kagetnya Nita ketika melihat foto Ratih dengan Aris. Foto pertunangan itu cukup membuat Nita tertohok hatinya, tiba – tiba dia merasakan napasnya sesak, lemas seluruh persendian tubuhnya, matanya berkunang – kunang, ada pilu yang amat sangat disudut hatinya.Tanpa terasa ada butiran air mata yang menetes dipelupuk matanya. Ah………………begitu memprihatinkan.
Ratih membawa baki berisi minuman sirup dingin dan satu toples camilan, langsung dibawa kekamarnya, namun betapa terkejutnya kala dia melihat Nita teman barunya, guru TK Melati Malang yang sedang menangis sedih. Dengan perlahan ditaruhhnya baki diatas meja riasnya, dia menghampiri Nita, dan dipeluknya pundaknya.
“Ada apa bu……, ada yang salah dengan foto – foto ini?’, Tanya Ratih hati – hati
Nita untuk sesaat tidak bisa menjawab, ditutupnya pelan album foto berwarna biru dipangkuannya itu, dia menatap Ratih sahabat barunya, yang baru 3 hari yang lalu dikenal, dan baru kali ini Nita berkunjung kerumah Ratih, dan setelah sekian lama tak mendengar kabar Aris baru hari ini juga Nita mengetahui kabar Aris walau lewat foto, dan itu sudah mampu mengguncang persaannya, hatinya terkoyak – koyak, dan Nitapun tak kuasa untuk tidak menumpahkan air mata.
Yah Aris pemuda Blitar yang dia kenal tiga tahun yang lalu, Aris teman kakaknya mas Heru di AKPOL Semarang, dulu Aris sering main kerumahnya , yang awalnya saling berkunjung antar teman, tetapi lama kelamaan sudah beda misinya, yaitu ingin mendekati Nita. Yang akhirnya Nita dan Arispun menjalin sebuah hubungan romantic.
Hampir tidak ada kendala, baik dari keluarga Nita maupun keluarga Aris sendiri. Hari – hari mereka lalui dengan harapan dan kebahagiaan. Sampai akhirnya keluarga Nita minta keseriusan Aris, untuk datang melamar dan menikahi putrinya , tetapi ternyata aris belum siap, Aris masih mau menata kariernya dulu, Aris masih mau mencari pengalaman hidup dulu, sehingga dengan terpaksa tanpa ada pemberitauan dulu Aris yang dapat tugas di Surabaya dengan begitu saja pergi meninggalkan Nita, yang kemudian dijodohkan dengan seorang calon dokter “Tommy”namanya, yang putra dari sahabat orang tua nita dari malang juga yang kuliah di Unibraw.
“He….ada apa, kok sedih, ada yang salah dengan album foto ini, atau mungkin rumah saya” Ratih membuyarkan lamunan Nita, sambil tangannya menjangkau album foto yang ada dipangkuan Nita.
“gak ada….maaf, sentimentil, tiba – tiba aku teringat ibuku, aku iri mlihat keakraban sampean dengan ibunya’, elak Nita halus
Ratih tersenyum lega “ Memangnya sudah kangen sama ibunya nih, padahal kan baru 3 hari, manja amat”, goda Ratih lega
“ibuku sudah meninggal 8 bulan yang lalu’, kata Nita sambil menunduk menahan airmatanya agar tak tumpah.
Ratih terdiam, “sorry yah aku gak tau”. Kata Ratih menyesal
Nita menggeleng pelan, , kemudian dia meraih kembali album foto yang sudah ada ditangan ratih, dibukanya lembar demi lembar.
“ini foto tunanganmu yah”, tunjuk nita mengarah ke foto Aris
Ratih tersenyum mengangguk
“Dia seorang perwira polisi, berdinas dimana ?’, selidik Nita
“Di POLDA, ntar aku kenalin yah”.
Belum sempat nita menolak , tiba – tiba pintu kamar ratih sudah ada yang mengetuk dari luar, Ibu Ratih memberitahukan bahwa ada tamu di luar.
Ternyata Aris yang datang, dia mau memastikan ratih sudah pulang dari workshop dengan selamat apa tidak , ternyata tidak terjadi apa – apa. Aris lega karena Aris merasa tidak dapat menjemput pujaan hatinya .Ratih tersenyum lebar, digandengnya tangan Aris mesra dan manja.Aris merasa bahagia.
“ayo aku kenalin dengan teman workshopku, dia guru TK yang ayu”.
“ayu mana dengan calon istriku ini”, goda Aris sambil memijit hidung Ratih. Ratih tersenyum manja.Dipukulnya lengan Aris manja. Aris kesenangan bukan kepalang karena jarang – jarang Ratih bersikap manja seperti itu.
Aris duduk sofa dekat kamar Ratih, menunggu Ratih yang memanggil teman barunya dari kamar.
Ratih bergandengan dengan Nita keluar dari kamar Aris menyambut kedatangan mereka dengan pandangan terkejut begitu tau bahwa teman baru tunangannya adalah Nita , gadis ayu yang dulu pernah dipacarinya selama 1 tahun.Untung ratih tak menangkap kegugupan Aris.
“bu Nita kenalkan ini mas Aris, mas aris kenalkan ini bu Nita teman workshopku dari malang’. Kata Ratih mengenalkan.
Ratih menangkap kecanggungan diantara Nita dan Aris
Aris bersalaman dengan Nita, “ hey…apa kabar “, Aris mencoba bersikap normal
Nita mengangguk sopan, tersenyum tipis “Alhamdulillah ..baik”, jawab Nita pendek.
Sementara Aris dan Nita saling berbasa basi, Ratih meninggalkan mereka berdua , menuju dapur untuk menyiapkan minuman kesukaan Aris, orange juice
“Gimana kabar suamimu, kalian bahagia kan “, kata Aris pelan sambil menatap wajah Nita dengan lekat.
“Suami. Suami yang mana…….”, jawab nita tak kalah pelan.
Aris memandangi Nita dengan tatapan yang tak menentu .Bingung.
“lo kata Heru kamu akan menikah, kata heru calonmu seorang dokter, karena itu aku gak berani mendekatimu lagi, walau hanya sekedar untuk berpamitan, aku merasa kecil bila dibandingkan dengan doktermu itu “, suara Aris pelan agak parau, ada rasa sakit disitu.
Nita menghela nafas “ benar mas,tapi itu hanya tinggal kenangan, karena mas Tomy meninggal setelah kecelakaan maut itu”, lirih Nita menjelaskan
“maksudnya?’, kejar Aris, suaranya mulai terdengar normal.
“Waktu itu mas Tomy bersama keluarganya mau melamar aku, ketika tiba – tiba mobil yang dia kendarai diseruduk truk bermuatan semen, saat itu juga mas Tomy meninggal dunia, tidak tertolong, sedang mama papanya perlu dirawat karena mengalami gegar otak ”.cerita Nita sambil menyeka airmatanya yang tiba – tiba sudah membasahi pipinya.
Aris termangu, ingin dia membantu mengusap airmata itu, tapi tangannya keluh tak mampu, yah dia sudah tak boleh lagi menyentuh pipi halus milik gadis ayu itu, karena dia sudah punya ratih yang tak kalah ayu, yang baik, yang sabar, dan banyak yang..yang.. lagi.
Tanpa sepengetahuan Nita dan aris, rupanya ratih sudah mendengar semua percakapan mereka berdua. Ratih hanya mampu menghela nafas panjang. Ratih tak kuasa untuk tidak hanyut dalam cerita pilu Nita. Yang jadi pertanyaan ratih sekarang adalah ada hubungan apa antara aris dan Nita sebenarnya, kenapa mereka seakan – akan berusaha untuk menutupi sesuatu.
Siang itu selepas makan siang Nita berpamitan pulang ke Malang, ratih berusaha untuk menahannya untuk menginap di rumahnya, tetapi Nita tak bersedia.Ratih menawarkan untuk mengantar, toh besok juga hari minggu, jadi sekolah libur.Ratih minta tolong pada Aris untuk mengantar , Aris tidak bisa menolak , untuk menjaga agar pujaan hatinya tidak curiga, akhirnya Aris menyetujui.
Siang menjelang sore itu xenia hitam Aris membelah kota Surabaya, melaju menuju malang. Ratih duduk disamping aris, Nita duduk dibelakang persis tempat duduk ratih. Sepanjang perjalanan itu yang banyak bercerita ratih. Ratih berusaha menjadi tuan rumah yang baik, dijelaskan pada nita setiap sudut kota Surabaya, Surabaya yang panas, Surabaya yang macet dan Surabaya yang bising dan kotor, karena tumbuh suburnya pabrik – pabrik di sekitar rungkut industry, dan masih banyak lagi. Nita hanya menanggapi sekali – kali. Sedangkan Aris diam, tenang, ada sedikit gelisah disudut hatinya.
Tiba – tiba ketika lewat jalan ahmad yani, didepan POLDA, Nita berceletuk “ Nih kantornya mas Aris yah, kalau mas Heru sekarang ada di……”, Nita tidak jadi melanjutkan ceritanya ketika dia sadar bahwa ada Ratih yang tidak tau apa – apa tentang hubungan mereka
Aris terdiam, diliriknya ratih. Untuk sesaat ratih tidak merespon , yang kemudian
“ea ini kantor mas Aris, terus mas Heru itu siapa yah ?, Tanya ratih sambil menoleh kebelakang, menatap Nita
“o …maaf , maaf…, mas Heru itu kakakku, dia juga seorang polisi, tapi dinasnya di semarang tadi aku asal aja cerita’. Jawab Nita sekenanya.
Aris melihat Nita dari kaca spion, dia tak tega dengan apa yang dirasakan Nita, tapi dia juga tak bisa berbuat apa – apa, Nita adalah cinta pertamanya, Nita adalah gadis yang pernah dia perjuangkan cintanya, tetapi sekarang Aris hanya mampu membantu luka nita dengan pandangan penuh rasa sayang, tidak bisa lebih.
Selanjutnya sepanjang perjalanan itu, masing – masing diam, asyik dengan pikirannya sendiri – sendiri. Tiba – tiba ketika melintasi kebun raya purwodadi ada yang berdesir dihati Nita danAris.
Masing – masing merasakan ada keterikatan , tanpa dikomando mereka saling melempar pandang, menelanjangi kebun raya purwodadi. Aris dan Nita seakan melihat album perjalanan cinta mereka.
Saat itu hari minggu .tangan Aris dengan erat menggenggam tangan Nita, mereka berdua menyususri jalan setapak, dibawah kerindangan pohon – pohon besar itu, mereka saling bercerita, bercengkerama, sedang disudut yang lainnya juga ada banyak pasangan muda mudi yang memadu kasih. Sebentar – bentar Nita dan aris saling cekikikan dan tangan nita tak henti – hentinya mencubit pinggang aris, mereka terlihat sangat bahagia.
Ratih bukan tidak menyadari gerak gerik Aris yang selalu melihat kebelakang melalu kaca spion, tetapi ratih mencoba untuk menerka hubungan macam apa yang sudah terjalin diantara mereka sebelumnya. Ratih adalah gadis yang cerdas dan bijak, dia tidak pernah grusa grusu dalam menentukan sikap dan mengambil keputusan, bahkan keinginan Ratih untuk mengantar Nita dengan melibatkan Aris inipun bagian dari rencananya untuk mengetahui bentuk hubungan mereka.
Ratih sudah cukup dibuat curiga dengan sikap Nita yang tiba – tiba sedih ketika harus melihat album fotonya, lalu percakapan mereka yang secara tidak sengaja ditangkapnya, dan celetukan Nita ketika melewati POLDA , dan lirikan mata mereka berdua ketika melewati kebun raya Purwodadi. Sebetulnya Ratih sudah cukup mampu untuk menyimpulkan, tetapi Ratih tetaplah Ratih gadis santun yang selalu berhati – hati dalam bersikap
Xenia hitam itupun melaju dengan cukup kencang , Ratih pura – pura tertidur, untuk sesaat dia merasa terharu dengan perhatian Aris, dengan sayang Aris menyelimuti tubuh Ratih dengan jaketnya dan dielusnya rambut halus sebahu milik Ratih. Dengan suara perlahan seakan takut membangunkan Ratih , Aris bertanya pada Nita.
“Masih tinggal di rumah mama kan”,
Nita yang memperhatikan perhatian Aris pada Ratih dengan penuh sayang itu, merasa tersakiti, dia ingin berteriak keras – keras, dia ingin menangis, dia ingin dipeluk Aris seperti yang dulu sering dilakukan Aris ketika dia sedih.
Tetapi pada Ratih, oh..tidak , dia teman baru yang baik, yang menyenangkan, dia tak ingin menyakiti hati Ratih. Toh dalam masalah ini Ratih sama sekali tidak bersalah. Sama Sekali.Karena Ratih hanya kebetulan masuk dalam kehidupan Aris yang sudah usaikan hubungan dengannya.
Ketika Nita tak menjawab pertanyaan Aris, Dia sudah membelokkan mobilnya kearah pabrik tetes lawang , Ketika ban mobil menyentuh rel kereta api ada lonjakan yang cukup keras yang dapat membangunkan Ratih. Ratih pura – pura menguap, untuk sejenak dia mengawasi kedepan. Ratih menoleh kearah Nita
“Sudah sampai mana bu Nita “,. Tanya Ratih
“tuh rumah cat hijau, sudah dekat kok, “, jawab Nita sambil merapikan rambutnya. Menyisir dengan jari – jari tangannya.
Ratih melipat jaket Aris.Lalu dia ikutan merapikan rambutnya dengan jari – jari tangannya yang lentik. Memakai kacamata.Aris tersenyum melihat Ratih.
“Gak usah dipakai ah kacamatanya, sudah cantik kok “, goda Aris.
Ratih tersenyum, dicubitnya pinggang Aris.Aris mengelak sambil dengan sigap tangannya menangkap tangan Ratih.Untuk sesaat Ratih merasa ketulusan Aris.
Sedangkan dibelakang terlihat Nita yang salah tingkah. Dia hanya mampu berdehem untuk menyadarkan dua sejoli itu bahwa ada kehadiran orang lain didalam mobil .
Tiba – tiba mobil sudah berhenti didepan rumah besar bercat hijau.Tepat didepan pabrik tetes. Aris dengan tangkas turun dari mobil , membukakan pintu untuk Nita
“terima kasih mas”, kata Nita setelah keluar dari mobil.
Ratih mau turun tapi dicegah halus Aris. “Kita cukup mengantar sampai disini saja kan sayang ?’,
Ratih mencoba memberi pengertian pada Aris, “ah ya gak bisa gitu dong mas, kita harus antar bu Nita sampai masuk, kita harus pastikan bu Nita baik – baik saja sampai rumah”,
“Ah gak usah bu Ratih, thanks uda mau ngantar sampai rumah, maaf gak bisa ngajak mampir nih”, Nita mencoba membantu Aris yang bingung
Belum terjadi kesepekatan diantara mereka bertiga, ketika pintu gerbang rumah Nita terbuka, Seorang dengan badan gagah menyeruak keluar.
Untuk sesaat pemilik badan tegap tadi tertegun yang akhirnya bersorak girang ‘
“ Hey….Aris.., gimana kabarnya brow , waduh tambah ganteng aja nih, ayo masuk “, teriaknya sambil merangkul Aris.
Aris balas merangkul .Untuk beberapa saat kedua teman lama itu saling mengobrol, tanpa menyadari bahwa ada Nita dan Ratih yang memperhatikan.
“Kok bisa sama – sama Nita , kamu ketemuan dimana ?”, Tanya Heru kemudian.
“Oh yah Her..kenalkan ini tunanganku Ratih”, kata Aris sambil membukakan pintu mobil depan. Dituntunnya Ratih keluar dari mobil.
“Kebetulan Nita dan Ratih berteman”, sambung Aris menjelaskan
Heru tertegun, dia mengagumi keanggunan Ratih, dilain sisi dia juga kcewa dengan keadaan Aris sahabatnya yang ternyata sudah bertunangan, dia juga kasihan dengan Nita adiknya yang harus menyaksikan mantan kekasihnya ternyata sudah bertunangan. RUMIT itu yang dirasakan Heru kakak Nita.
Heru hanya mampu menggapai pundak Nita.Memberi ketenangan dan support pada adik semata wayangnya. Setelah bersalaman dengan Ratih.
“maaf untuk saat ini aku gak bisa mampir, lain kali insya allah aku akan sengaja main, ia kan sayang”, kata Aris minta persetujuan Ratih
Ratih hanya mengangguk, dia sungguh merasa tak nyaman dengan kondisi petang ini .Kondisi yang menyudutkan dia. Ratih merasa seolah – olah perampas kebahagiaan keluarga Nita.
Ratih bisa menangkap kekecewaan yang tergambar jelas diwajah Heru, wajah kesakitan yang terpancar dari mata Nita. Dan wajah kebingungan serta rasa bersalah yang tergambar di raut muka Aris .Itu semua terekam kuat di hati Ratih.
Dalam perjalanan pulang Ratih lebih banyak diam. Diam…..seribu bahasa.Ingin dia mendengar pengakuan Aris tentang hubungannya dengan Nita.Ingin dia bertanya langsung tapi mulutnya seakan terkunci.
Arispun tak kalah sibuk pikirannya, masih tergambar jelas diingatannya, betapa gembiranya Heru bertemu dengannya seperti beberapa tahun yang lalu, betapa sedihnya Nita menapaki hidupnya yang ditinggalkan tunangannya dengan cara yang tragis. Tetapi Aris juga dapat melihat pengharapan yang besar dimata Nita atas keberadaan Aris kembali dalam hari – harinya.
Ketika keheningan itu menyelimuti mereka berdua ,ketika pikiran Aris dan Ratih masing – masing asyik dengan petualangannya, tiba – tiba mereka dikagetkan dengan suara klakson mobil dibelakangnya yang memberitahu bahwa lampu merah sudah berganti dengan hijau.Tanda mobil harus jalan.
Ratih menoleh ,menatap Aris dengan lembut.
“ kamu capek kan mas, sudah istirahat dulu, kita cari makan sekalian sholat ”. Lembut terdengar suara Ratih, cukup menenangkan . Tetapi bagi Aris cukup menampar perasannya. Untuk sesaat dia merasa bersalah pada kekasih hatinya atas kejadian yang tidak disengaja petang ini.
Anton sedang asyik makan di Mc. Donald Surabaya Plaza, ketika dia melihat sesosok bayangan yang tak asing sedang bertepuk tangan, kelihatan sedang memandu acara ulang tahun anak – anak TK.
Anton menatap lekat – lekat sambil mulai berfikir mengingat – ingat siapa sosok yang dirasa sangat familiar itu. Dan ketika dia menemukan jawabnya , hati Anton berbunga – bunga, dia tersenyum gembira, nyaris tertawa sendiri, sehingga mengundang banyak tanya diantara pengunjung Mc. Donald sore itu, mahklum Anton memang makan sendirian.
Anton pindah tempat duduk agak kesudut, menunggu acara ulang tahun di room party selesai.
Waktu menunjukkan angka 5.20 ketika pesta ulang tahun itu usai. Ratih sibuk merapikan bawaannya , dan bersalaman dengan beberapa orang tua wali murid yang mengantar ulang tahun. Berbincang sebentar dengan rekan guru, yang akhirnya saling berpelukan dan berpisah, berpamitan pulang ke rumah masing – masing.
“bisa dibantu non “, sebuah suara mengagetkan keasyikan Ratih yang sedang menata bawaannya.
“tidak, terimakasih “, jawab Ratih ramah sambil menoleh memandang pemilik suara yang baik hati, yang telah menawarkan jasanya.
Tetapi…deg, jantung Ratih seakan mau melompat keluar saking kaget bercampur gembira begitu tahu siapa pemilik suara tadi.
“Hey…Anton..”, seruRatih.
”benar, kamu Anton kan?,Ratih berusaha meyakinkan. Makhlum badan Anton sekarang makin tambun dan kulitnya yang dulu bersih sekarang agak kecoklatan, tapi kelihatan makin macho.
“benar….benar sekali, wah makasih yah masih mengingatku dengan baik”.
Yah Anton sudah banyak berubah, postur tubuhnya agak gemuk, kulitnya agak gelap, dan kelihatannya makhluk paling lucu yang pernah dekat dengan Ratih inipun mulai merokok, terlihat dari bibirnya yang agak kehitaman.
Jauh …..jauh sekali perbedaannya dengan anton yang mahasiswa dulu, yang putih bersih, walaupun cowok kulit anton halus sekali saat itu dan cukup membuat iri teman – teman cewek.
Untuk sesaat dua sahabat itu tak banyak bicara hanya saling berpandangan sambil tetap bersalaman, sampai ketika ada suara berdehem menyadarkan mereka
“sudah selesai sayang acaranya”, tanya Aris menjejeri Ratih. Kedua sahabat itupun dengan serentak melepaskan genggaman tangan mereka.
“eh mas…sudah. Oh yah kenalin ini Anton sahabatku waktu di Bandung, Anton kenalin ini mas Aris tunanganku”, Ratih mengenalkan mereka berdua
Dan dengan segera kedua pria pemuja Ratih itupun saling bersalaman. berbincang – bincang sebentar dan akhirnya mereka saling berpamitan.
“Anton kapan – kapan main kerumah yah”, seru Ratih
“beres”, jawab Anton sambil mengacungkan ibu jarinya.
“wah ..wah bidadariku ini ternyata banyak penggemarnya nih, aku harus ekstra hati – hati jaganya, kalo gak mau diserobot cowok lain yah’, goda Aris
“apaan sih mas, dia itu sahabatku waktu kuliah, emang gak boleh yah aku ketemuan dengan teman lama’, Ratih merajuk
‘enggak gitu sayang, boleh kok, aku tadi hanya becanda, maaf yah, jangan marah dong ‘, Aris takut Ratih marah
Ratih tersenyum, puas bisa menggoda Aris. .Aris hanya mampu tersenyum kecut. Dan sore itu semakin membuncah saja kekaguman Aris dengan pribadi tunangannya ini. Selain bisa menjaga hati pasangannya juga dijamin setia.
Sayup – sayup terdengar suara fatin Sidqiah pemenang x faktor dari kamar adiknya sampai di kamar Danang.
Memilih Setia
Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah satunya
Namun engkau datang disaat yang tidak tepat
Cintaku telah dimiliki
Inilah akhirnya harus kuakhiri
Sebelum cintamu semkin dalam
Maafkan diriku, memilih setia
Walaupun kutahu cintamu, lebih besar darinya
Maafkanlah diriku tak bisa bersamamu
Karena kusadar tulusnya rasa cintamu
Tak mungkin tuk membagi cinta tulusku
Karena ku memilih setia………………………
Seribu kali logikaku untuk menolak
Tapi kutak bisa bohongi hati kecilku
Bila saja diriku ini masih sendiri
Pasti kukan memilih kan memilihmu……………………..
Hemz….terasa sesak dada Danang. Apa benar yang dilantunkan fatin.pikirnya, kenyataan yang ada memang Danang merasa sayang untuk melepaskan perasaan cintanya pada Ratih. Dan salahkah bila Danangpun akhirnya memilih untuk setia dengan perasaannya.
“Danang …….., ada tamu dari sidoarjo “, panggil ibunya sambil mengetuk pelan daun pintu kamar Danang.
“sinten bu ?, tanya Danang sambil membuka pintu sedikit hanya cukup untuk kepala Danang nongol.
“Teman kuliahmu dulu, Anton “, jawab Ibu sambil memberi isyarat agar Danang cepat keluar menemui.
Danang segera keluar menutup pintu kamarnya pelan. Dengan langkah sedikit tergesa dia langsung menuju ke ruang tamu. Anton terlihat berbincang dengan bapaknya, serius.
“ Hey ….yok opo kabare rek “, teriak Danang kemudian. Anton berdiri dan dua sahabat yang dulu pernah sama – sama mencintai satu gadis yang sama itupun saling berpelukan erat, gembira.
sahabat yang saling melepas rindu.
“Baik……, he,,ni teman – teman ngajak reuni , gimana gabung enggak “, kata Anton mengutarakan maksud kedatangannya.
“dimana ?”, tanya Danang
“Cimahi…rumah Ida, Cuma angkatan kita kok, coz Ida kan mau married jadi sekalian ngundang kita, sekalian ngumpul “,. Jelas Anton
“Wah asyiiik ..terus kapan “, kejar Danang
“bulan depan akhir mei , pas liburan semester, bisa kan “.
“ bisa sekali…, eh ratih da diberitau belum “, tiba – tiba Danang menanyakan. Danang merasa sangat penasaran. Dia sangat berharap Ratih akan ikut. Betapa gembiranya oh…. Danang gak bisa membayangkan perasaan hatinya yang akan junkir balik bila Ratih ikutan.
Anton tau betul apa yang ada di pikiran Danang, sepertinya masih sama. Keinginan Anton dan Danang . sama – sama menginginkan Ratih ikut. Dan Anton akan berusaha sekuat tenaga untuk membujuk makhluk manis itu hadir dalam reuni nanti.
Sore itu Danang habiskan waktu bersama Anton dengan bercengkerama. Saling bercerita tentang masa – masa indah kuliah di UPI dulu. Saat masih satu kamar dan satu kost . Benar – benar sore yang indah………………………
Hari mingu. Ratih sedang membenahi kamar ketika ada tamu. Waktu menunjukkan angka 10.15.
“Ratih…..ada tamu”, ketok kakanya dengan keras
“ea…..sebentar…”, jawab Ratih cukup keras. Dirapikannya rambut dan bajunya sebelum menemui tamunya.
Ratih menjerit kecil tertahan begitu tau Anton yang datang. Setengah berlari dihampiri sahabat karibnya itu.
“ Anton…kok tumben, pasti bawa berita bagus ya”.
“semoga bagus bagimu, karena kalau bagus berarti kamu pasti datang”.
“Apaan :,
“Ida menikah akhir mei dan kita diundang, sekalian reuni katanya, acaranya sih lima hari setelah dia married, gimana baguskan berita yang kubawa”.
Ratih saking gembiranya sampai matanya hampir melotot.
“beneran An ?, tanya Ratih tak percaya.
“Bener….sekali, masa aku bohong sih , gimana mau ikut , ntar kita rame – rame aja , sama – sama naik kereta “. Anton berusaha menyemangati dan meyakinkan.
“ ntar aku sms ya An, aku mesti ijin mas Aris dulu , kalau bapak sama ibu sih biasanya terserah aku yang penting hati – hati”.
Anton hanya mengangguk sambil berdoa dalam hati. Ya Tuhan ijinkan makhluk manis ini ikut reuni “. Xi…xi…xi… Anton tertawa kecil.
Dan Ratih tidak perlu waktu lama untuk bisa meyakinkan kedua orang tuanya dan aris tunangannya untuk ikut gabung dengan teman – temannya.

DON’T CRY

3.“Don’t Cry
Bukan……., bukan hanya Ratih saja dalam beberapa hari, beberapa minggu dam hampir sampai satu bulan ini yang super galau. Kegalauan itu juga akhir – akhir ini dimiliki oleh Danang dan Aris.
Entah mengapa Aris cowok gagah yang super tenang itu bisa menjadi gelisah, Aris merasa tidak nyaman dengan perubahan yang dilihatnya dalam diri Ratih. Ibu guru TK yang hampir enam bulan ini sudah mampu mencuri hati dan rasanya. Tiba – tiba saja seperti yang menjaga jarak , walau masih tetap ramah dan Aris bukan ABG yang masih banyak perlu belajar tentang sikap atau body language seseorang. Aris dua tahun lagi hampir kepala tiga usianya, jadi perubahan sekecil apapun yang ditampilkan Ratih, dapat dirasakan Aris dengan sempurna.
Yah tepatnya setelah pulang dari workshop di sidoarjo kalau Aris boleh jujur perubahan itu terjadi. Ratih yang hangat tiba – tiba jadi pendiam, Ratih yang mempunyai gaya tertawa renyah menjadi agak tertahan .Aris masih mencari penyebabnya, apakah karena Aris tidak bisa menjemput Ratih , atau mungkin Ratih masih capek, tapi kalau capek sampai satu bulan, benar -benar gak masuk akal. Pikirnya tak mengerti.
Begitupun dengan Ratih bukan dia tidak tahu kalau Aris kelihatan bingung dengan perubahan sikapnya, tetapi ratih sendiri tidak tahu kenapa dia merasa berdosa apabila terlalu memberi harapan pada Aris, karena yang Ratih tahu Aris begitu mencintainya. Tetapi sejak pertemuannya dengan Danang beberpa waktu yang lalu, memang Ratih mulai dilanda kebimbangan,
Ratih merasa sayang apabila harus mengabaikan perasaam cinta yang menderanya pada Danang. Ratih begitu menikmati debar – debar perasaan hatinya bila mendengar suara Danang, walau hanya lewat telepon. Ratih merasa badannya panas dingin bila malam minggu datang, karena sudah tiga minggu ini Danang dengan rutin hadir dirumahnya, bahkan pernah datangnya barengan dengan Aris. Untung mereka orang – orang dewasa yang sudah mampu memanage hati dan perasaan, kalau tidak wah…..bisa – bisa…………perang nih.
Kepada Aris sendiri Ratih sebenarnya pernah merasa suka, sebatas suka sih levelnya, sebelum kedatangan Danang, yang ternyata lebih mampu mengobrak abrik persaannya. Ratih begitu kagum dengan performance Aris yang dewasa, dia juga kagum dengan perasaan cinta Aris yang santun, lembut, begitu menghargai , tidak menggebu – gebu namun terasa hangat. Ini yang membuat Ratih begitu bingung untuk menentukan sikap, sedangkan ibunya, ayah dan saudara – saudaranya bisa ditebak kearah mana berpihaknya, pasti dan tidak diragukan lagi 100 persen dengan serempak seperti suara koor “ Aris……………………s!’, begitu bunyinya. Nah loh.
Lain lagi dengan Danang , pemuda jangkung yang pernah dekat dengan Ratih ketika sama – sama kuliah di UPI Bandung itu bahkan lebih galau dari Ratih dan Aris.
Danang kenyataannya sudah menjalin cinta dengan Ety bahkan hampir bertunangan. Sebelum ketemu dengan pujaan hatinya kemabali, dengan kepasrahan tingkat tinggi dia menerima kehadiran Etty, anak tunggal pengusaha ayam potong dari jogja.
Diujung ketidak pastian akan kehadiran Ratih, tiba – tiba Ety datang. Masih segar diingatan Danang Saat itu tahun ajaran baru tiba – tiba ada pindahan guru baru dari ngayogjokarto. Seorang gadis manis Ety namanya, gadis yang sama sekali tidak mencerminkan gadis jogja yang kalem, malu – malu dan keibuhan. Ety justru sebaliknya dia gadis yang agresif, agak egois dan manja. Mungkin itu dikarenakan dia anak tunggal sehingga tidak pernah belajar berbagi. Atau sekedar menghargai dirinya sendiri sebagai gadis yang berprofesi sebagai guru.
Danang ingat betul bagaimana Ety ketika pertama gabung di sekolahnya. Dia dengan berani langsung minta nomer telepon Danang, terus minta antar pulang ya bilangnya sih “nunut” karena kebetulan gak bawa motor. Besoknya dia bawa makanan untuk teman satu sekolah, besoknya dia traktir teman satu sekolah, besoknya lagi dia sudah berani datang kerumah Danang dengan alasan kebetulan lewat lalu mampir.
Dan entah mengapa setelah berjalan hampir satu tahun sejak kepindahan Ety, Danang gak bisa menolak ketika Ety mengatakan suka padanya. Gila kan, ini anak cewek ngayogjokarto lo yang nermbak duluan. Benar – benar cewek nekat, begitu komentar teman – teman Danang waktu itu. Dan hubungan yang tidak begitu harmonis itupun berjalan begitu saja.
Sebetulnya Ety jauh dari kriteria Danang yang notabene semua ada pada diri Ratih. Smart, tanggung jawab, dapat menjaga harga diri maksud Danang gak murahan, tapi bisa menempatkan diri. Keibuhan dan satu yang gak bias ditawar penyayang dan pemaaf.
Memang Danang selama bersama Ratih paling tidak bisa memancing emosi Ratih, gadis ayu ini paling bisa memanage emosi sehingga apabila marah tidak pernah meledak – ledak seperti bom molotov, dia selalu dapat menyelesaikan masalah dengan tenang, hebat kan.
Sedangkan Ety kalau marah bisa dipastikan setiap barang yang ada didekatnya pasti akan jadi korban, DIBANTING. Nah kebayang gak kalau nanti jadi istri, bisa – bisa barang satu rumah habis dibanting. Apalagi ditambah lagi sifat pencemburunya, waduh……bisa – bisa gak panjang umur nanti aku. Pikir Danang membandingkan pribadi Ety dan Ratih.
Dan sejak pertemuannya dengan Ratih yang tidak disengaja di Sun Hotel Sidoarjo dalam rangka ikut sosialisai BOP, Danang mulai merasa engap dengan Ety yang begitu posesif padanya, dan Danang benar – benar merasa seperti dipenjara, tidak bisa berkutik, benar – benar dalam pengawasan ketat Ety, dan entah darimana asalnya keberanian itu, tiba – tiba Danang punya keberanian untuk melakukan pemberontakan pada sikap posesif Ety, bahkan dengan terang – terangan pernah Danang telepon Ratih pujaan hatinya dengan suara merdu merayu yang lembut didepan Ety, dan hasilnya sengguh luar biasa, Ety meradang , dirampasnya hp Danang dengan paksa, untung Danang lebih sigap sehingga nasib hp dapat diselamatkan, tidak dibanting Ety.
Tetapi Danang juga tidak bisa bersikap frontal dengan memutuskan Ety begitu saja, karena banyak orang – orang dekat Danang yang sudah terlibat dalam hubungan yang rumit itu. Ada Orang tuanya dan saudara – saudaranya , ada orang tua Ety, ada teman – teman guru juga. Wow…….pokoknya komplit seperti jamu pegel linu. Tapi bukan itu yang dibutuhkan Danang, dia lebih butuh jamu pegel ati, supaya hatinya bisa sedikit rileks.
Siang itu Ratih dijemput Aris pulang sekolah, karena Ratih janjian dengan Aris akan langsung ke rumah sakit Darmo untuk menengok Raditya yang sudah empat hari dirawat inap karena kena demam berdarah.
Dalam perjalanan dua sejoli itu banyak diam, entah mengapa Ratih tiba- tiba merasa trenyuh dengan Aris. Dia begitu baik, sabar, dan penyayang , lalu kurang apa dari Aris sampai Ratih harus mengabaikannya. Dengan perasaan serbah salah, Ratih membuka keheningan yang menggelisahkan perasaan mereka berdua.
“mas……….keadaan Adit sudah mendingan kan?.
“Alhamdulillah,berkat doa orang – orang yang menyayanginya. tapi…… sebelumnya aku minta maaf yah, soalnya kemarin adit nanyain bu gurunya terus. jadi deh dengan sedikit memaksa ini aku ngajak kamu”.
“gak apa – apa , aku memang pengin nengok kok mas, selain memang tugasku sebagai guru, juga karena aku sudah kenal baik dengan mama papa adit”, jawab Ratih segera untuk meyakinkan Aris. Dan percakapan kecil itupun sanggup mencairkan suasana yang tadi begitu kaku.
“Jadi hanya karena mama papa Adit nih, kok aku gak ikut andil yah”, goda Aris.
Dengan spontan tangan mungil Ratih memukul lengan Aris yang sedang memegang stir.
Sambil tersenyum Ratih menjawab” Ea deh juga karena Omnya Adit”.
Aris tersenyum bahagia, apalagi melihat Ratih yang sudah seperti dulu. Semoga tidak berubah yah Tuhan. Doa pendek Aris dalam hati.
Disepanjang jalan ciliiwung menuju ke rumah sakit Darmo, didalam mobil xenia hitam itu terasa sejuk, sejuk sekali , karena penumpangnya sedang berbahagia. , sampai rumah sakit mereka beriringan masuk, tak lupa tangan kekar Aris menggandeng tangan mungil Ratih.
Sambil saling melempar senyum ,mereka masuk kamar inap Adit. Didalam kamar lengkap pengunjungnya , ada mama papa Adit, yang notabene kakak Aris, ada juga Alfin kakaknya Aditya. Siang itu mereka bahagia sekali, apalagi Aris , super ……bahagia. sakit yang membawa berkah, guman Aris.
Hari – hari serlanjutnya hubungan Aris dan Ratih berjalan harmonis. Apalagi Danang sudah tidak mengganggu Ratih dengan sms atau telepon. Sebetulnya Ratih cukup gelisah juga, kenapa tiba – tiba Danang tidak telepon, ada apa, atau apa yang terjadi dengan Danang. Tetapi kesabaran Aris sanggup mengalihkan perhatian Ratih untuk tidak terlalu memikirkan Danang.
Pagi itu pas hari minggu, Ratih akan dijemput Aris mau dikenalkan dengan keluarga besarnya, sekalian syukuran atas kesembuhan Aditya. Yah kebetulan orang tua Aris sengaja datang dari Blitar selain untuk menengok cucunya yang baru sembuh dari sakit juga karena ingin mengenal lebih dekat Ratih atas permintaan Aris. Memang untuk hubungan Ratih dan Aris , walaupun Ratih belum mengiyahkan 100 persen, tetapi dengan bekal restu dari ayah dan ibu Ratih cukuplah bagi Aris untuk mempromosikan Ratih pada mama papanya.
Sedangkan mama papa Aris sendiri orang yang demokratis, jadi tidaklah terlalu sulit bagi Aris untuk mohon restu, pastilah asal Aris suka dan calonnya dari keluarga baik – baik dapat dipastikan , mereka pasti langsung mengangguk, apalagi ditambah bumbu penyedap dari kakaknya: mas Agung, papa Adit, klop sudah .
Ratih yang memang santun dan ayu itu langsung dapat nilai plus dari orang tua Aris, apalagi papa Aris begitu senangnya pada Ratih sampai – sampai Ratih diajak cerita terus, yang lain tidak dapat bagian, maklum dikeluarga Aris tidak ada yang perempuan, semua laki – laki, yang sulung mas Agung yang nomer dua Aris dan yang bungsu jadi polisi juga Andri sekarang sedang dinas di Bali. Siang itu di rumah mas Agung suasananya begitu gembira tak henti – henti suara tawa meledak terdengar apabila ada yang lucu, dan itu sangat membuat Ratih merasa nyaman.
Dan ini sangat berbanding terbalik dengan apa yang dialami Danang di Malang. Danang sedang menghadap kedua orang tuanya, umtuk minta pendapat atas rencananya yang ingin pisah dengan Ety.
Danang sedang memperjuangkan nasib cintanya pada kedua orang tuanya. Dengan hati – hati dia mendekati ibunya yang sedang menemani ayahnya di teras depan.
Dengan perlahan dia duduk dekat ibunya sambil tak lupa tangannya memijat pundak ibunya, kebiasaan Danang sejak kecil, kalau menginginkan sesuatu pasti dia akan memijat ibunya, kalau ibunya bertanya baru dia akan merengek minta dipenuhi permintaannya.
“Ada angin apa kok tiba – tiba mijat ibu to ..le (panggilan kesayangan ibu pada Danang)”.
“Ehm………., Buk…dulu waktu masih muda , pacaran atau dijodohkanyah kok bisa menikah sama bapak”.
Ibu kaget dengan pertanyaan tiba – tiba dari Danang, pertanyaan yang tidak biasa. Bapaknya sendiri sempat mengalihkan pandangannya dari deretan kalimat di Koran yang dibacanya, untuk meyakinkan pendengarannya atas pertanyaan Danang yang dirasakan sedikit aneh.
‘yah….pacaran, ibu yo gak mau dijodohkan, lagian mbah kan bukan orang yang mau maksa anak – anaknya, yah paling – paling cuma bilang, sing nyonggo awakmu dewe”.
“terus……kalau ibu sama bapak, kira – kira sama gak dengan mbah yah, bijaksana gitu maksudnya”. Sela Aris setengah menyindir
Bapak yang dari tadi Cuma jadi pendengar , tiba – tiba melihat heran Danang. “ngapain kamu kok tanya – tanya itu, memang bapak dan ibu sudah jodoin kamu:, sergapnya
“Bukan begitu pak…., ini aku mau pendapat bapak dan ibu lo , sepertinya hubunganku dengan Ety gak bisa diteruskan deh. ya aku merasa gak cocok saja”.
Bapak dan ibu danang diam mematung, mendengar penjelasan anaknya.
“eh le… opo kamu lagi mumet to, ngomong sama orang tua kok seperti sama teman saja, dolanan yo sing jelas ngono loh”. Suara Bapak keras.
“aku serius ngomong sebenarnya .gak dolanan”.
“Danang….., kamu itu guru loh, jangan bermain – main dengan perasaan, apalagi yang menyangkut perasaan orang banyak, kamu dituntut untuk dapat berfikir dewasa, ojo saenak e dewe, isuk dele sore tempe, plin plan. Itu namanya ”. Suara bapak menahan marah. Danang diam saja, dia masih memijat ibunya. Ibu diam menepuk – nepuk kaki Danang dengan sayang.
“masalahnya apa to le…, kamu bertengkar dengan Ety, bertengkar itu hal yang biasa, sebentar lagi juga baikan, Ety kan jauh dari orang tuanya, yah kamu yang sabar sedikit menghadapi dia”. Suara ibu lembut menenangkan.
“Bukan bu…., aku sebenarnya enggak cinta sama dia, aku punya calon sendiri, dia dulu adik kelasku waktu di UPI, yang dulu pernah kuceritakan itu loh. Ibu masih ingat kan ”.
“yang pergi begitu saja….., yang membuat kamu seperti orang bodoh, menunggu tanpa kepastian, itu yang kamu maksud”. Suara bapak masih keras.
“tapi kan bukan salah Ratih,yah,,,,,, ,memang saat itu kondisinya kami belum pacaran, waktu itu situasinya masih rumit, tapi memang dia yang selama ini aku cari, tolong mengerti aku bu..pak……”. Danang merengek, persis anak TK yang pengin dibelikan mainan.
“ Orang tua disuruh mengerti kamu terus . lalu kapan kamu akan mulai mengerti ayah ibumu, kapan !”. makin keras suara bapak.
“tapi….pak aku tidak mencintai Ety, apalagi sikap Ety yang gak jelas, selalu ngatur, selalu minta diperhatiin, sedikit – sedikit cemburu marah, uring –uringan suka banting –banting barang, apa itu yang bapak ingin jadikan menantu”. Danang mulai terpancing .
Ibu dan bapak diam , memang benar sifat Ety sungguh mereka tidak suka. Kadang – kadang mereka juga kasihan pada Danang, yang harus selalu mengalah untuk menghadapi sifat ety yang sama sekali tidak mencerminkan sosok wanita yang baik. Tetapi apa kata orang tua Ety kalau sampai Danang dan Ety putus, padahal seminggu lagi akan digelar acara tunangan mereka, ini juga atas permintaan Ety, biarpun waktu itu Danang belum mengiyahkan, tetapi karena Danang diam saja itu yang membuat orang tua Ety dan Danang merasa yakin dan akhirnya membuat kesimpulan yang sama SETUJU.
Danang tidak ingin berdebat lebih jauh lagi dengan orang tuanya. Dia pergi meninggalkan kedua orang tuanya yang sedang diam terpaku. Danang langsung masuk kamar, dikuncinya dan langsung merebahkan diri, menerawang menatap plafon kamarnya, seakan mempunyai kesaktian yang tinggi dia bisa menembus atap kamarnya, menerawang jauh ke memori indahnya.
Pagi itu Danang mau mandi, ada kuliah pagi. Sebelum masuk kamar mandi yang letaknya memang berseberangan dengan dapur, dia melihat Ratih yang sedang masak. Dia mendekati pelan pelan….., dekat sekali, sampai – sampai bau harum rambut Ratih yang baru keramas tercium olehnya. Dengan mengatur posisi yang tepat, dia memanggil Ratih pelan. “dik….masak apa ni ?,
Dengan spontan Ratih menoleh kebelakang, dan pas …………sangat pas sekali pipinya nempel di hidung Danang. Ratih menjerit tertahan, dia jengkel dengan keusilan Danang. Dengan spontan tangan Ratih serta merta memukuli Danang. dan Danang kesenangan luar biasa.
“mas Danang jahat……”. kata Ratih gak terima
“sorry………, maaf.. yah.enggak sengaja kok, suer wer……wer”. Kata Danang sambil menangkap tangan mungil Ratih.
Ratih diam saja. Diusap – usapnya pipinya, seakan ingin menghapus jejak hidung Danang. Sang pemilik hidung hanya tersenyum nakal. Ah kenangan itu begitu manis, ingin selalu Danang mengulang memori itu. Walau hanya sekedar gurauan tetapi memori itu sangat manis, sangat sayang kalau dilupakan.
Tiba – tiba Danang meraih hpnya, dicarinya nama sweety, nama samaran untuk nama Ratih
Ratih sedang melipat mukenah, ketika hpnya berbunyi
“asalamualaikum………”. Suara Ratih dari seberang, merdu terdengarnya ditelinga Danang
“waalaikum salam dik………………., sedang apa nih”. Suara Danang sedikit bergetar, menahan rindu dan entah mengapa dia sangat sedih sekali mendengar suara itu, ada yang mengiris direlung hatinya, pilu……………………
Ratih yang mendengar suara Danang, dengan tiba – tiba hatinya dag dig dug der, dia bingung, dia senang tapi juga marah, kenapa sepuluh hari tidak meneleponnya.
“dik………………masih bernafas kan”, suara Danang menggoda.
“apa kabar mas…………..kok tiba – tiba telepon, ada yang bisa dibantu”, suara Ratih merajuk, dan Danang tahu betul itu,
“Ada…………bisa bantu obati kangenku gak, aku lagi sakit rindu nih, sungguh gak enak banget, kemarin ke rumah sakit. dokternya angkat tangan loh, katanya sih gak ada obatnya di rumah sakit bahkan diapotik sekalipun”. suara Danang menghibur pujaan hatinya dengan sedikit rayuan. Ratih hanya mampu tersenyum sendirian di kamar.
“ada apa mas………………..”, suara Ratih pelan.
“Besok aku mau ke rumahmu, aku harap kamu gak ada acara yah, penting sekali”. Suara Danang penuh harap.
“wah gak bisa mas ,lagipula ini kan hari senin, hari efektif memang mas Danang libur?’.
“Enggak juga, tapi ini lebih penting dari apapun, please, ntar tak jemput ke schoolmu yah”. Danang setengah memaksa.
“jangan mas, aku ada acara, aku gak bisa, lain waktu aja yah.”. Ratih menolak halus, karena memang besok sore dia ada acara menemani Aris datang ke acara pernikahan teman satu kantornya. Dan dia gak bisa dengan begitu saja lari dan membatalkan.
“Tapi dik.ini penting, kamu gak kasihan sama aku, aku bisa mati lo , kalo kamu sudah gak peduli lagi sama aku, please tolong aku dik”. Suara Danang memohon dengan setengah memaksa. Ratih bingung, tapi dia harus memberi keputusan.
“Begini saja mas, semua masalah kan bisa diselesaikan, dan tidak juga harus besok. Ok hari selasa aja kamu kutunggu, gak usah ke school, langsung ke rumah saja yah”.
“tapi aku ingin cuma kita berdua, kita selesaikan masalah kita berdua saja”.
“Masalah kita, maksudnya ?”.
“Yah sudahlah gak usah dibahas disini, besok selasa kamu kujemput di school yah. Miss you. Mua…h”. segera Danang menutup pembicaraannya. Ratih termangu, tak paham
Hari selasa saat Aris mengantarnya, Ratih dengan hati – hati mengatakan gak usah dijemput karena ada acara mendadak dengan teman – temannya.
“Mas nanti aku gak usah dijemput yah”. Aris menoleh menatap Ratih lekat – lekat seakan ingin menanyakan alasannya
“Aku nanti pulang agak siang, ada acara dengan teman –teman, gak enak kan kalau gak ikut nimbrung, kali ini aja , boleh kan”. Ratih merengek manja.
Aris tersenyum, ingin dia membelai tangan Ratih yang duduk disampingnya, tapi dibelakang ada cowok kecil yang sedang mengawasi, Raditya ponakannya yang juga murid Ratih.
Siang itu Ratih sengaja menukar baju seragam sekolah dengan baju bebas, semua temannya menggoda nakal.
“He…..mau kemana non, kok pakai ganti baju segala, mau ikut pertemuan Bhayangkari yah, waduh yang calon bu polisi, sui.i sui.t”. goda bu Puji temannya yang ngajar di klas B.
“Bu Ratih……………jangan lupa bilang pak POL yah, sekali – kali bawa oleh oleh to buat kita – kita “, suara bu Nanik menimpali dari dalam ruang guru.
Ratih hanya mampu tersenyum kecil. Setelah berpamitan dengan kepala TK nya, Ratih langsung berlari keluar ketika melihat motor Ninja Danang.
“ pulang dulu yah friend, asalamualaikum…………..”, pamit Ratih sambil berlari kecil. Diterimanya helm dari tangan Danang lalu melesatlah motor ninja Danang dengan kecepatan sedamg. Setelah membelah kota surabaya sampailah mereka di taman ria kenjeran.
Danang memarkir motornya, lalu dengan beriringan mereka menuju tempat duduk yang agak teduh, agak menjorok, tapi bersih. Siang itu kenjerena sepi, maklum hari efektif kerja dan sekolah, hanya terlihat beberapa gerombol muda mudi yang asyik cerita. Gak jelas.
“Dik………..kamu sayang gak sama aku”, Danang membuka pembicaraan. Dan itu membuat Ratih geli. Sungguh gaya Danang seperti abg, merayu gak bermutu.
“kamu itu ngomong apa to mas, gak jelas tahu .buat aku bingung aja”.
“Sungguh ni, aku tanya perasaanmu padaku, aku anggap ini penting karena jawabanmu akan menentukan sikap dan keputusan yang akan kuambil nantinya’.
“aku sayang kamu mas, karena kamu sahabatku”.
“bukan jawaban itu yang kumau, tapi perasaanmu yang sesungguhnya dik, karena terus terang seperti yang kukatakan 5 tahun yang lalu, 2 bulan yang lalu, dan hari inipun, perasaanku masih sama, aku sangat sayang sama kamu. Teramat sangat bahkan.”.
Ratih diam sejenak, dalam hatinya berkecamuk tidak karuan. Inginnya dia menjerit keras – keras bahwa sebenarnya dia sangat sayang pada Danang, bahkan sampai sekarangpun belum tergantikan. Ratih sangat ingin berteriak keras – keras kata – kata I LOVE YOU FULL, tapi dia tidak mampu.
Danang memegang jemari Ratih yang sedikit basah karena berkeringat. Dengan penuh kasih sayang dilapnya tangan Ratih. Danang tahu betul bagaimana perasaan Ratih. yang tentunya sama dengan dirinya, tapi Danang butuh pengakuan langsung dari bibir mungil itu. Ratih yang tak kuat menahan gejolak hatinya hanya mampu menunduk, tak tahu harus berbuat apa.
“Dik tolong jawab pertanyaanku, kamu cinta gak sama aku”. Tanya Danang sambil tangannya tetap membelai tangan Ratih.
Ratih mengangguk pelan, sangat pelan sampai – sampai tidak kelihatan anggukan Ratih, tapi Danang dapat melihat itu. Dengan gesit dan kegirangan diraihnya pundak Ratih , dirangkulnya Ratih kuat – kuat seakan dian gak rela untuk melepaskan. Akhirnya setelah sekian tahun dia menunggu kesempatan ini, kesampaian juga, pengakuan perasaan cinta dari mulut Ratih.yah Tuhan terimakasih “, doa Danang lirih.
Ratih melepaskan pelukan Danang. Dia merasa risih, takut kalau ada yang melihat, memang profesi Ratih sebagai seorang guru dituntut untuk bersikap santun dalam situasi apapun.
“Dik maukah kamu menikah dengan aku, aku secepatnya akan mengajak orang tuaku ke rumahmu, aku ingin kita berdua selalu bersama “. Begitu antusias Danang menyikapi keputusan Ratih yang mau menerima cintanya.
“Gak bisa seperti itu mas, aku memang mencintai kamu, tapi aku tidak bisa kalau harus menerimamu sebagai pendampingku”.
Danang terbelalak, sama sekali tidak percaya dengan apa yang disampaikan Ratih barusan. Tiba – tiba seperti ada batu besar yang membebani hatinya.
“Kenapa dik ?, kamu jangan guyon, kita bicara serius, tentang masa depan kita”.
Ratih diam, terbayang wajah Aris yang penuh wibawa, wajah mama papa Aris, wajah mas Agung, wajah bapak dan ibuknya, wajah saudara – saudaranya , wajah semua orang yang mendukung hubungannya dengan Aris. Ratih mengeluh sedih.
“Jawab dik, kamu jangan diam saja, ingat ini masa depan kita loh”.
“Maaf mas, maaaaf sekali, kamu terlambat mas”.
“Memangnya kamu sudah tunangan atau menikah kok bilang terlambat”.
“belum tunangan dan belum menikah, tapi orang tua ku dan orang tua mas Aris sudah saling mengunjungi, bahkan bulan juni nanti sudah diputuskan , insya allah kami akan menikah”.
Ratih berkata lirih, tertahan bahkan saking lirihnya hampir tak kedengaran. Danang mendengar kabar itu, bagaikan dilempar keawang – awang lalu jatuh di batu cadas yang menyakitkan.
Danang meringis kesakitan, bukan sakit badan, tapi lebih parah dari itu sakit hati. benar – benar sakit hati. Dengan tangan mengepal ditinjunya tempat duduk yang kosong disebelahnya. Ratih kaget, cepat diraihnya tangan Danang yang lebam itu. Ditiupnya dan dielus – elusnya, Ratih ingin menenangkan Danang yang diliputi emosi.
“sabar…………….mas, sabar yah”.
“tegah kamu dik, setelah sekian tahun aku menunggumu, hanya kepahitan yang kamu berikan padaku, padahal kamu tahu , aku sangat sayang kamu, kamu juga sayang aku kan dik”.
“Yah mas…aku sayang kamu, tapi jalannya sudah seperti ini, dan kita harus menerima dengan ikhlas, siapa tahu dikehidupan cinta kita yang lain,bisa kita temukan kebahagiaan”.
“kebahagiaanku adalah kamu dik, bukan yang lain”.
Ratih terdiam. Dia memberi kesempatan pada Danang untuk bisa mengendalikan emosinya, untuk menata hatinya, untuk menenangkan jiwanya. Mereka terdiam untuk beberapa lama, sambil saling menggenggam, saling menguatkan, saling mendukung.
“Sudah sore mas, kita pulang dulu yah, nanti kamu kemalaman loh sampai Malang”.
Danang tidak menjawab, dia dengan perlahan berdiri ..berjalan menuju tempat parkir, Ratih menjejeri dengan agak tergesa. Mereka berboncengan tanpa bersuara.
.Sepi masing – masing asyik dengan pikirannya sendiri. Pukul lima sore mereka sampai rumah Ratih. Danang tidak mampir langsung pulang menuju malang. Ratih belum sampai memegang handle pintu kamar dari samping terdengar suara bapaknya menegur.
“darimana..ndok, sore begini kok baru datang”.
“pergi sama teman pak”. Jawab Ratih singkat. Lalu masuk kamar, dan tidak keluar lagi. Direbahkannya badannya di kasur, ditatapnya langit – langit kamarnya, ada yang sakit di sudut hatinya, tanpa terasa air mata yang sedari tadi dapat ditahannya sekarang perlahan menetes membasahi pipinya.
Ratih terisak lirih, hatinya sakit, rasanya sakit sekali dan dia tak kuasa lagi untuk tidak menagis. Oh Tuhan kenapa kau pertemukan lagi aku dengan mas Danang kalau akhirnya harus seperti ini. Kenapa ………………………???
Terlalu sakit, terlalu perih. Kasihan mas Danang. Tiba – tiba ada perasaan kuatir yang luar biasa menyergap hatinya, dia kuatir mas Danangnya akan lupa diri ,akan mengemudikan motornya dengan kecepatan tinggi dengan suasana hati yang putus asa dan tersiksa.
Segera dia berdiri, disekanya airmatanya, dia keluar kamar untuk mengambil air wudhu. Ratih sholat dan berdoa untuk keselamatan Danang. Sungguh Ratih tak ingin terjadi apa – apa pada Danang. Cukup sudah perasaan sakit yang dialami mereka berdua, dan Ratih percaya, bagaimana sedih dan terpukulnya Danang.
Dan diperjalanan pulang itu, dengan diderah perasaan marah , kecewa, sakit hati dan merasa terhempas, Danang benar –benar merasa tak berarti lagi, dengan kecerpatan tinggi dia memacu motornya membelah jalan raya, tak peduli berapa kali dia mendapat umpatan yang tidak sopan dari sesama pengguna jalan raya. Seakan dia ingin melampiaskan amarahnya pada perjalanan pulangnya.
Sampai rumah tanpa mengucap salam, dia langsung masuk kamar. Menutup pintu dengan suara keras JEDOR, dikunci dan dia menangis sendirian di kamar. Orang rumah tidak ada yang berani mendekat apalagi mencoba mengetuk pintu kamar Danang. Dengan bijak bapak Danang yang terknal keras itu memberi isyarat pada adik Danang untuk menjauh.
Sedangkan Danang di kamar menangis. nelangsa, sungguh dia selama ini belum pernah merasakan terpuruk seperti ini. Ditolak gadis pujaan hati, oo…………ini benar – benar sakit, sakit sekali. Diantara keletihan hatinya akhirnya Danang tertidur pulas, walau ditengah – tengah kepulasan tidurnya, Danang beberapa kali mengigau, memanggil – manggil nama Ratih.
Pagi hari dengan perasaan yang masih sedih, Danang terbangun mendengar lengkingan suara Ety yang membangunkan tidurnya, dengan sekali – kali mengetuk pintu kamarnya.
“Danang………..bangun,,,,,,sudah siang”.
Entah mengapa walau terasa sakit. Danang masih bisa membandingkan perilaku dan sikap Ratih dan Ety. Ratih …bagaimanapun situasinya, mau marah, senang atau sekedar merajuk tidak pernah hanya memanggil namanya DANANG, selalu ada penghormatan dinamanya mas Danang. Hm…….tiba – tiba ada perasaan rindu yang tak tertahankan dalam diri Danang. Dan disaat bersamaan , suara hpnya memanggil untuk minta diangkat. Terbaca dimonitor Sweety memanggil , dengan sigap dipijatnya tombol hijau JAWAB
“Asalamualaikum mas…..”. suara halus Ratih dari seberang
“Waalaikun salam, bagaimana kabarmu dik pagi ini”.
“Alhamdulillah baik, semoga mas Danang juga yah, tau gak mas, semalam aku gak bias tidur, aku kuatir sama kamu, aku takut terjadi sesuatu padamu, aku takut kamu ngebut”.
“Apa kamu juga takut aku mati dik”. Suara Danang getas.
“Hush…kamu bilang apa mas, aku sungguhan, kamu memang gak pernah menghargai perasaanku mas “.
“Aku selalu menghargai kamu dik, bahkan aku sangat takut bila aku menyakitimu, aku selalu bersaha menjaga perasaan kamu, tapi……………..”.suara Danang terputus, ada yang tercekat ditenggorokannya. Ratih paham betul bahwa Danang super sedih.
“Mas maafkan aku ya, yang jelas dan penting untuk kamu ketahui, sungguh aku sangat sayang kamu, kamu tau kan. Aku teramat sayang mas, tapi aku juga gak boleh egois, aku punya keluarga yang harus kujaga perasaannya. Biarlah mas semua berjalan seperti semula, aku dengan mas Aris dan kamu dengan Ety, “.
“Tapi dik..aku gak bisa”.
“Kamu pasti bisa mas. Sudahlah kita tutup saja cerita kita. Dan mungkin ini telepon yang terakhir dariku, Semoga kamu bahagia mas. Aku sayang kamu”. Dengan cepat Ratih menutup teleponnya, dan ada perasaan lega luar biasa, ketika dia tahu tidak terjadi apa – apa pada Danang. Dengan bergegas dia merapikan diri, siap –siap untuk berangkat.
Danang duduk termangu, masih dibiarkan suara pintu kamarnya diketuk –ketuk dari luar. Tak berapa lama terdengar suara ibunya menenangkan ETY. Suara ketukan pintupun redah. Danang hari ini tidak masuk kerja, Kepalanya terasa pening, perutnya mual, tanda – tanda masuk angin, karena kemarin seharian dia memang belum makan.
Dibiarkannya kondisi tubuhnya yang terasa sakit. Dia merebahkan badannya lagi, mencoba untuk tidur, dipejamkan matanya dengan harapan dia bisa mengusir semua bayangan kejadian kemrin. Tetapi tiba – tiba kelebat memori indah bersama Ratih terpampang lagi dimatanya.
Saat itu pulang kuliah Ratih dan Danang berjalan beriringan, dari tadi Danang menggoda Ratih yang memakai baju hem kuning dipadu dengan rok warna orange bunga flamboyan, sangat kontras, tapi tidak norak, bahkan Ratih terlihat makin ayu, kulitnya yang bersih makin bersinar.
“Dik …..aku mo minta tolong, mau kan “.
“apaan……?”.
“Nih ada teman KKN dari fakultas Bahasa yang pengin dekatin aku”.
“Trus kenapa ?”.
“Ea aku gak mau aja, nah kita kan lewat nih, kebiasaan dia kan makan di kantin , mumpung lewat, kita pura – pura yo “.
“Pura – pura apa mas ?”.
“pura – pura pacaran, jadi ceritanya aku nolak dia secara halus gitu”.
“Teru…………….s, aku harus bantu apa ?’. Ratih menahan rasa gemesnya.
“yah ku mau gandeng tanganmu, bolehkan, janji ntar kalo da lewati FPBS aku lepas deh gandengannya, suer “. Danang memohon sambil mengacungkan dua jarinya bikin janji.
Ratih diam saja, dan dibiarkannya Danang menggandeng tangannya. Sambil senyum – senyum Danang sekali – kali melirik kearah Ratih, Kesenangan seperti anak kecil yang baru dapat permen. Sedang asyiknya berjalan , tiba – tiba dari belakang seseorang menerobos , pegangan tangan Danang terlepas. Rupanya Anton yang sudah mengganggunya.
Ratih kaget dengan spontan dia menjerit kesakitan. “Anton………”.
“ea….. kenapa? Kamu gak suka, tahu gak Ratihku sayang kamu itu dikerjain Danang, itu akal –akalan Danang saja”.
Ratih mendelik dan kelihatan lucu. Dengan perasaan mangkel dikejarnya Danang yang sudah berlari duluan. Dipukulnya pinggang Danang berulang – ulang. Ratih sendiri sempat heran dengan dirinya, kenapa selalu berulang dapat dikerjain cowok ganteng satu ini. Dan entah mengapa Ratih tidak pernah marah atas keisengan Danang. Akhirnya mereka bertigapun berjalan bersama menyususri jalan menuju tempat kost bersama : PANORAMA.
Ah………Danang melenguh sendiri, sepertinya memang dia harus mengubur semua memori manisnya bersama Ratih. Indah tetapi bila dihadapkan dengan kenyataan sangat pahit. Sangat sakit , luar biasa sakitnya .
Ingin dia mengubur dalam – dalam memori itu, ingin dia lari dari kenangan itu, ingin dia lepas dari bayangan Ratih, ingin dia memulai lembaran baru dengan kenangan baru tentunya, bersama Ety mungkin atau gadis – gadis cantik lainnya yang ada disekitarnya, tetapi sungguh Danang tak mampu. Danang tak bisa. Danang merasa sayang untuk mengubur kenangan – kenangan itu, karena kenangan itu sumber energi bagi Danang.
Sudah satu minggu sejak kejadian itu, Danang belum masuk kerja. Danang sakit, demam tinggi,dan Ety ingin menunjukkan betapa besarnya rasa cinta yang dimiliki, dengan setia sebelum dan sepulang dari sekolah, dia selalu dampingi Danang, dia merawat Danang dengan sepenuh hati.,dengan harapan Danang mengerti dan memahami keseriusannya.
Sedangkan Danang masih berusaha menghubungi Ratih, dia ingin memberi kabar bahwa sekarang sedang sakit dengan harapan Ratih akan menjenguknya, atau paling tidak mengkhawatirkannya .tetapi nomernya Ratih apabila dihubungi selalu dijawab operator dengan kalimat yang sama “Telepon yang anda tuju sedang diluar jangkauan”..
Ratih memang sudah ganti nomer, Ratih benar – benar ingin menghapus jejak Danang. Ratih bertekad untuk membuka lembaran baru. Dia ingin memulai langkah baru bersama Aris, walau Aris mungkin tidak seganteng Danang tapi cukup simpatik, cool, dan baik. Keluarganyapun sudah mendukung seratus persen.
Dengan mengucap Bismillah , Ratih ingin memulai semuanya dari nol, dia menganggap semua kenangan manis bersama Danang adalah kenangan masa remaja, semua orang pernah mengalaminya, sekarang saat usianya sudah menunjuk keangka dua puluh lima tahun, adalah angka yang harus sudah memikirkan masa depan, dan masa depan itu namanya ARIS.
Pertunangan Danang dan Ety diundur dengan waktu yang belum dapat dipastikan kapan akan diumumkan, dan itu semua dikarenakan kondisi Danang yang masih sakit.
Danang memang sakit, tidak dibuat , atau pura – pura, hanya saja penyebabnya itu yang sulit diketahui, karena dari hasil laboratorium semua negatif, tidak ada masalah. Tetapi badan Danang demam tinggi, lemas tak berdaya.
Kondisi ini membuat orang tua Danang dan teman – teman guru cukup prihatin. Mungkin sebagaian orang yang ada disekeliling Danang ada yang tahu, yah ibunya tahu betul bahwa anaknya sakit bukan karena virus atau bakteri ataupun epidemic penyakit tertentu melainkan karena hatinya yang sakit,
Danang seakan ingin menghukum dirinya sendiri, kemauan untuk bangkit dari keterpurukan sama sekali tidak punya.
Sedangkan Ratih bersama Aris semakin berani memantapkan diri untuk menuju ke pelaminan. Kebersamaan mereka seakan sudah bisa jadi jawaban akan keseriusannya membina hubungan yang berkomitmen.
Pekerjaan Aris sekarang tambah lagi selain sebagai perwira polisi juga jadi sopir pribadi , dengan rutin antar jemput Ratih, bahkan Gatot kakak Ratih sering meledek Aris sebagai sopir bonafide. Tapi itulah yang membuat mereka semakin dekat dan Aris merasa benar – benar bersyukur karena gadis ayu yang dicintainya itu ternyata benar – benar bisa mendampinginya.
Yang kemarin perasaan Aris sempat kebat – kebit melihat kedekatan Ratih dan Danang ternyata berkat kegigihannya Ratih bisa ditaklukan hatinya.
Sekarang Ratih dan Aris mulai sibuk menghitung hari, dan persiapan – persiapan kecilpun mulai dilakukan, walau Ratih sudah berpesan untuk tidak dirayakan secara meriah, tetapi tetap namanya hajatan , apalagi hajatan pengantin yah ada saja yang dipersiapkan. Mulai dari baju, pengantin, foto prewedding, cetak undangan, sebar undangan.
Sedangkan Orang tua Ratih sendiri juga cukup sibuk, karena hajatan nanti dilaksanakan di rumah, maka Bapaknya Ratih sudah mulai panggil tukang untuk mengecat ulang dinding rumah, pagar rumah, memotong dan merapikan tanaman, lain lagi dengan ibunya, selain belanja juga sudah mendatangi tetangganya mbok Supi tukang adang dikampungnya (Tukang memasak nasi), , dan beberapa anak muda yang nantinya jadi pager ayu dan ibu – ibu muda dan bapak – bapak muda untuk menjadi penerima tamu. Hemz….kesibukan itu benat – benar sudah terlihat.
Senja itu Ratih sedang termenung di kamarnya, dia memandang keluar entah pikirannya seakan jauh masuk menembus awan tebal yang menyelimuti langit. .entah mengapa tiba – tiba dia teringat mas Danangnya. Sedang apakah dia ? tapi sebelum pikirannya mengembara tak karuan dia segera menepis bayangan Danang
. Hemz………………sepertinya akan turun hujan, guman Ratih. Sejenak dia terpaku saat mau menutup jendela, tanpa diduga dia melihat kelip bintang yang menyembul diantara awan gelap , dia termenung……………tak habis pikir, kenapa ada bintang disaat akan turun hujan.
Bintang, awan tebal, dan hujan sepertinya kok menggambarkan keadaan dirinya saat ini, Danang..Aris dan ..Aku. pikir Ratih. Danang sang Bintang itu yang tak kuasa menyinari hati Ratih karena terhalang Aris siawan tebal, dan Ratih hanya mampu meneteskan airmatanya… tak bisa berbuat apa – apa..
Hu……………………Ratih menarik nafas panjang seakan ingin melepaskan beban berat yang menindihnya, ditutupnya jendelanya bersamaan dengan suara ibunya yang memanggil namanya.
“Ratih…………….ada tamu :, suara ibu sambil mengetuk pintu kamarnya pelan
“ya bu……sebentar”. Ratih menjawab sambil menyeret langkahnya menuju pintu kamar
Tamunya ternyata perias pengantin yang ingin share tentang baju yang akan dipakai pada saat ijab kabul nanti. Ratih sempat ragu – ragu untuk melangkahkan kepastian pernikahannya dengan Aris, bayangan Danang masih setia menggelayut di relung hatinya, tak bisa diusir walau Ratih sudah berusaha dengan sekuat tenaga.
Memang harus diakui perasaan cintanya pada Danang sangat kuat, bahkan sudah mengakar sehingga hampir seluruh jaringan tubuh Ratih sudah dipenuhi dengan segala macam yang berhubungan dengan DANANG. Tapi Ratih harus tetap melangkah……..dia harus bisa menentukan sikap. Yah Aris adalah masa depannya. Dia tidak boleh lemah, harus kuat, harus dapat memegang janji ,janji untuk jadi pendamping Aris.

Ketika Cinta Harus Menunggu Episode 2

2 Slowly ….I Will Forget you
Delapan bulan sudah Ratih meninggalkan kota Bandung. Meninggalkan orang – orang terdekatnya, orang – orang yang menyayanginya, dan satu makhluk Tuhan yang paling sexy yang telah mengubah Ratih menjadi pribadi yang kokoh dan mandiri yaitu Danang.

Selamat tinggal kota Bandung, selamat tinggal Anton, Wita, Ido.. dan mas Danang sayang…………….., biarlah kenangan bersama kalian kan kujadikan lukisan hati yang tiada tergantikan.

Lembaran baru telah dibuka Ratih. Dia mulai menjalani profesi barunya sebagai guru taman kanak – kanak. Profesi yang sangat menyenangkan, karena setiap hari bertemu dengan peri – peri kecil yang lucu – lucu .

Profesi yang sangat dinikmati oleh Ratih, amat sangat bahkan, sampai – sampai dia selalu ingin memberikan kejutan kejutan baru untuk murid – muridnya, dan tak ayal Ratih seakan jadi idola baru bagi mereka, peri –peri kecil yang senantiasa menyukai gaya mengajarnya maupun kepekaanya terhadap anak – anak mungil itu. Sehingga tidak hanya anak – anak yang menyayangi Ratih bahkan orang tua wali muridpun begitu mengidolakan Ratih.

Pagi itu Ratih berangkat ke sekolah dan seperti biasanya dia harus naik angkot jurusan darmo permai. Entah kenapa pagi itu angkutan kota seakan tak bersahabat ,selalu penuh, Ratih mulai kwatir ketika melihat jam dipergelangan tangan kanannya sudah menunjukan angka 07.00, biasanya dia sudah sampai sekolah dan sudah berdiri di depan pintu gerbang sekolah untuk menyambut murid – muridnya yang datang. Tapi….., Hu…Ratih mengeluh sedih dan khawatir, akhirnya dia memutuskan untuk naik taksi saja, tapi belum sempat tangannya melambai memanggil taksi, tiba – tiba ada mobil xenia hitam yang sudah berhenti di depannya. Kaca mobil terbuka dan kepala mungil Raditya muncul sambil berteriak girang.

“Morning bu gulu bareng adit yah “, ajaknya gembira.

“Loh mas Adit diantar siapa ?”, jawab bu guru Ratih

“diantal om bu, kata om bu gulu boleh ikut”. Jawab Adit gembira dengan suara cadelnya, terdengar lucu

Ratih sedikit bingung, ketika akhirnya seorang pemuda berperawakan tegap dengan sopan mempersilahkan masuk .

“silahkan bu, nanti terlambat loh”.

Untuk sesaat Ratih bimbang, sampai tangan mungil terjulur mengajaknya masuk.

Ratih terpaku diam, kikuk di dalam mobil.
“ Bu gulu…, rumahnya mana ? tanya Adit kembali, memecah keheningan didalam mobil

“ Pakis, mas Adit pernah ke pakis ?, Ratih sudah mulai bisa menguasai situasi

Raditya menggelengkan kepalanya yang mungil. Pemuda tegap disebelah Adit yang namanya Om Aris, tersenyum, membelai kepala mungil Adit.

“Mau main ke rumah bu guru yah, ntar om antar deh:.

“ mau..mau.., boleh kan bu ?”.
Ratih mengangguk tak pasti, dia hanya mampu tersenyum kecut. Basa basinya ternyata malah senjata makan tuan. Hu…..

15 menit terasa sangat lama bagi Ratih, akhirnya sampai juga di sekolah. Ratih dengan gesit segera beringsut untuk turun. Lalu dibukanya pintu depan mengajak Raditya turun.

“ Terima kasih mas Aris “.

“ Sama – sama , kapan – kapan boleh yah ngantar Adit main ke rumah ?, tanya Aris sopan.
Ratih tak menjawab hanya tersenyum sambil berlalu dengan menggandeng tangan mungil Adit.

Beberapa pasang mata guru TK temannya melihat Ratih dengan beribu pertanyaan yang menuntut jawaban. Ratih pura – pura gak peduli.
Dengan langkah super dipercepat dia langsung masuk kelas, menyimpan handbagnya, dan terus keluar berbaur menemani murid nya bermain di halaman sekolah. Yah TK tempat bu guru Ratih mengajar memang masuknya jam 7.30.

Siang itu terasa terik, panasnya sangat menusuk kulit, sampai – sampai Ratih harus mengenakan jaket dan payung ketika berjalan menyusuri gang kecil menuju rumahnya.

Bukan sok cantik, tapi memang Ratih ingin menjaga kesehatannya dengan tidak membiarkan matahari membakar kulitnya.
Sampai rumah, seperti biasa sepi. Ayahnya masih kerja pulangnya bisa dipastikan sore hari sekitar pukul 15.00. Begitupula dengan kakaknya , nanti sore baru pulang dari kerja. Sedangkan ibunya kelihatan sedang mandi, memang sudah menjadi kebiasaan bagi ibu kalau mau sholat selalu mandi dulu, supaya tenang dalam menjalankan ibadah sholat, itu alasannya.

Ratih langsung masuk kamar, mencoba untuk rebahan sebentar. Udara panas di jalan ternyata mampu membuat kepala Ratih sedikit pusing. Biasanya kalau sudah diistirahatkan sebentar, pasti pusingnya akan hilang.
Pukul 16.15 menit Ratih terbangun dari tidurnya, itu juga karena ibu terus mengetuk – ngetuk pintu kamarnya. Rasa pening dikepala sudah agak redah, Ratih menggeliat sebentar untuk mengendorkan syaraf – syaraf yang kaku. Dilihatnya jam dinding. O…o sudah setengah lima, bergegas Ratih meraih handuk dan menuju kamar mandi .

Ratih sedang asyik membaca tabloid wanita yang telah memuat hasil tulisannya , sebuah cerita pendek, ketika ada salam dari luar
“ Asalamu alaikum……”.

“Wa alaikum salam,”, jawab Ratih sambil menyeret sandalnya menuju ke pintu.

Ketika pintu dibuka, deg……………….jantung Ratih seakan mau copot, begitu tahu siapa tamunya petang itu. Dengan perasaan tak percaya, Ratih diam mematung,

“Selamat malam ……..gak boleh masuk nih “, kata tamunnya

“ Malam….., silahkan masuk “, Ratih mempersilahkan tamunya masuk dengan perasaan masih tidak percaya.

Tamu yang ternyata Aris , yaitu omnya Raditya muridnya, yang tadi pagi ngantar sekolah, kenapa malam ini bisa sampai disini yah.
Setelah speechless agak lama, akhirnya cair juga suasana malam itu, ternyata om Aris orangnya enak diajak bicara, pengetahuannya luas, sehingga pembicaraan malam itu terasa menyenangkan.

Tidak tahu dimulai darimana, kebiasaan om Aris, selalu setiap akhir pekan bertandang ke rumah bu guru Ratih sekarang, dan anehnya Ratih juga tak mampu menolak kehadiran pemuda tegap itu, bahkan kadang Ratih suka berharap lebih, seandainya diajak keluar , pasti akan lebih menyenangkan. “Ih…apaan tuh “, Ratih geli sendiri dengan pikiran nakalnya.

Seperti malam minggu kesembilan dibulan Februari ini, berarti sudah dua bulan lebih satu minggu Om Aris disiplin menemani malam minggu Ratih.
Hemz… Malam itu baru pukul 19.00 ketika Aris datang ke rumahnya,

Ratih sudah kelihatan rapi, seakan dia tahu kalau Aris mau datang. (GR). He……………………Ratih malu sendiri. Ketika tahu ada mobil parkir di halaman rumah, bener kan.

Ratih pura – pura baca majalah wanita yang tadi dia pinjam dari bu Tutik, teman guru satu sekolah. Ada ketukan pelan ..dan suara salam dari luar. Ratih bergegas menuju handle pintu, dibukanya pelan sambil membalas salam
“waalaikum salam.., eh mas Aris, silahkan masuk “, ratih sedikit berbasa basi.

“ Mengganggu tidak…?”, tanya Aris , seakan mau mempermainkan perasaan Ratih.

Ratih hanya menggeleng pelan, sambil menggeser tubuhnya agar Aris bisa masuk kedalam rumah.

“ Oh nak Aris……”, tiba- tiba ibu keluar dari kamar tengah
“ Selamat malam bu “, jawab Aris sopan sambil mengulurkan tangan, bersalaman.
‘ Silahkan ngobrol yah, ibu mau ke rumah bawah, adik ibu sakit “, pamit Ibu ramah
“monggo….”, Aris memang pemuda yang santun, dan itu salah satu yang membuat Ratih dan keluarga besarnya sangat menyukai, selain masa depannya yang sudah jelas, sebagai perwira polisi menengah , juga budi bahasanya .
“ Siapa yang sakit dik..”, tanya Aris
“ Om Bari adik ibu yang bungsu, rumahnya di pakis bawah”. Ratih menjelaskan
“ Kamu gak mau nengok ?”, Aris bertanya lagi
Ratih belum sempat menjawab, Aris sudah menyambung lagi
“ daripada bengong di rumah , kita susul ibu yoh, nengok keluarga yang sakit kan kewajiban “.
Ratih mengangguk pelan. Dia berdiri masuk kedalam , mencari kakaknya, berpamitan mau keluar bersama Aris.

Di rumah Om Bari ternyata ramai`sekali, banyak saudara yang berkumpul. Aris tidak canggung sama sekali, dia dengan santainya bisa berbaur dengan apik, tidak berlebihan.

Diam – diam Ratih merasa bangga bisa mengenal Aris. Sekedar bangga.
“ Mas Aris pacar mbak Ratih yah “ tiba – tiba Hengky sepupu Ratih, anak om Bari, yang masih sekolah di SMA kelas dua bertanya dengan lancangnya. Dan serentak saudara – saudara Ratih semua menoleh menatap Aris, menunggu jawaban, Aris menatap Ratih lembut, Ratih membuang muka, pura – pura sibuk mengganti chanel TV.
Tiba – tiba Aris mengangguk pelan, sambil menepuk bahu Hengky yang duduk disebelahnya
“Do’ain yah”. Jawab Aris menegaskan
Semua yang hadir di ruangan tengah itu lalu serta merta menjerit kegirangan ‘ Asyik…….”,
sompret runtuk Ratih dalam hati dengan menahan malu, walaupun sebetrulnya hatinya juga kegirangan , paling enggak jawaban Aris tadi sudah membuat semua keluarga legah, untuk kelanjutannya lihat saja nanti,.
Sejak kejadian malam itu, entah kenapa hubungan Ratih dan Aris semakin dekat.

Tanpa pernah ada prosesi pernyatan cinta dari Aris, dan Ratih sendiri tidak pernah mempermasalahkannya.Hubungan mereka mengalir begitu saja, tidak dibuat – buat dan tidak direkayasa.

Aris sangat bersyukur bisa dekat dengan Ratih, begitu pula dengan Ratih. Keduanya begitu saling membutuhkan, saling mendukung dan saling menyayangi.

Hingga pada suatu hari, Ratih mendapat tugas dari Dinas pendidikan kota untuk mengikuti workshop tentang pendidikan karakter anak usia dini di Sun hotel di dalam komplek Sun City Sidoarjo.

Ratih tidak naik travel seperti biasanya apabila harus mengikuti workshop ke luar kota, kali ini Aris ingin mengantar sendiri, yah kota sidoarjo kan dekat dengan Surabaya.

Sampai Sun hotel masih pukul 10..00, padahal peserta chekin baru nanti pukul 12.00, masih ada waktu dua jam untuk istirahat, tetapi Aris gak bisa menemani karena ada tugas di POLDA.

Ratih memahami kesibukan Aris. Sambil menunggu peserta lainnya datang , Ratih menunggu di lobby untuk sekedar melepas kepenatan, diambilnya majalah diatas meja, dibukanya satu persatu halaman, mencari artikel yang bagus.
Belum selesai membuka halaman , tiba – tiba ada seseorang yang menjejeri duduknya.
“permisi yah mbak “, dia berbasa basi minta ijin, sebtulnya gak perlu juga sih, ini kan fasilitas umum, tapi untuk sopam santun sebagai orang timur, bolehlah.
“ ea..silahkan”, jawab Ratih sambil mengangkat mukanya beralih ke orang sebelahnya.

Secara refleks tanpa dikomando otak, kerja jantung Ratih lebih cepat detaknya, setelah tahu siapa orang yang barusan duduk disampingnya, tak kalah kaget dengan Ratih, orang yang tadi dengan tiba – tiba mendaratkan pantatnya disamping Ratih itu lebih kaget lagi.

Ekspresi yang ditampilkan sungguh luar biasa, melotot bahkan hampir copot bola mata itu dari tempatnya dan melongoh.
Belum sempat Ratih menata hatinya, orang tersebut sudah meraih tangannya dengan percaya diri yang kuat

’ Dik…Ratih kan ? alumni UPI dari surabaya ?”, tanyanya beruntun.
Ratih mengangguk pasti, karena dengan sesungguhnya diapun tak kalah percaya dirinya dengan orang tersebut, karena orang inilah yang dulu pernah menghiasi mimpi – mimpi indahnya, orang inilah yang dulu sering menari – nari dalam otaknya, yah dia adalah DANANG.

Danang menggenggam erat tangan Ratih, sampai Ratih merasa kesakitan. Dengan meringis menahan sakit ditariknya tangan mungilnya dari genggaman Danang.
“ mas saki…it”,
“ Oh maaf dik, gak bermaksud, tapi sungguh ini luar biasa, aku seneng bisa ketemu kamu lagi, apa kabar ?, tambah cantik, tambah anggun, aku kangen dik “, Danang nyerocos tanpa punya rasa malu dan sungkan sama sekali.
Ratih dibuat jengah dengan ulah Danang,
“baik mas kabarku, gimana kabar mas Danang sendiri, kelihatannya tambah makmur yah”, tanya ratih balik.

Danang tidak menjawab, dengan kesal dibanting badannya kesandaran sofa.
“ gara – gara kamu aku jadi begini”, Danang menjawab kekanak – kanakan. Asbun kata Ratih.
“ masih ada waktu 1 jam, kita keluar yok, ke KFC depan, lebih bebas kita cerita.. sambung Danang

Tanpa menunggu persetujuan Ratih, Danang segera menghampiri reseptionis dan entah apa yang dibicarakan Danang .
Dan dengan tangannya yang kekar, ditariknya Ratih . Dengan masih kebingungan Ratih terpaksa mengikuti langkah panjang Danang.

Di KFC mereka duduk berhadapan, sambil menikmati makanan, Ratih dengan berani menatap lurus muka Danang, Hemz………….agak kurus tapi masih ganteng, sedikit rapi, yah maklum kan sudah jadi pak guru sekarang dan raut wajahnya sedikit muram .
Beda dengan Danang, ketika dia menilai Ratih,

“gadis mungil ini masih ayu, kelihatan makin smart dengan rambut sebahunya, dan dengan polesan make up tipisnya kelihatan lebih anggun ditambah kacamata’.

Danang senyum sendiri ketika dia ingat kenangan waktu di Bandung, waktu itu Danang yang nasrani mengantar Ratih untuk sholat terawih di masjid Alfurqon, masjid kampus, dengan keusilannya dia sembunyikan sandal Ratih, Ratih kebingungan mencari sandalnya, satu persatu teman Ratih sudah pulang tinggal Anton yang setia menunggu dan membantu cari sandalnya, hasilnya nihil. Sampai akhirnya muncul si handsome Danang, pura – pura ikut membantu dan dia pula yang pertama menemukan sandal Ratih.

Anton yang tahu kelakuan Danang jadi marah, Danang tak peduli, Ratih saking gemesnya terus memukul badan Danang, dan Danangpun senang. Diakhir rasa gondoknya dia biarkan tangan Danang menggandengnya sampai tempat kost.

“ Kenapa mas kok senyum sendiri, aneh ?”, gerutu Ratih
“Ingat waktu kamu masih kecil dulu, pasti ingusnya kemana – mana ?,
“ Eh…sok tahu, aku kan cantik dari kecil”.
“Apa iya……, perasaan kok aku pernah lihat ada anak kecil gak pakai rok , manjat pohon, item dan ingusan”, Danang meledek

Ratih gak tahan digoda seperti itu, dengan serta merta dicubitnya tangan Danang, dan kesempatan itu tidak disia – siakan Danang, ditangkapnya tangan mungil Ratih.

Dan untuk beberapa saat mereka saling bergenggaman tangan, dan mereka membiarkan rasa mereka mengalir begitu saja tanpa batas, memerintah otak untuk kemudian memompa jantung untuk berdenyut lebih cepat. Ada rasa ngilu dan senang pada perasaan mereka masing – masing. Tapi Ratih cepat sadar, bahwa itu tidak boleh dilakukan, dengan lembut ditariknya tangan mungilnya dari genggaman tangan kekar Danang.

“ dik……aku sayang sama kamu, terus tanpa batas waktu, tapi kenapa kamu lari dari aku “.
Ratih tidak menjawab hanya memandang sayu Danang.
“kamu sudah menikah? Atau tunangan mungkin ?’,
Ratih menggeleng pelan,
” belum mas, aku masih senang sendiri, aku sebetulnya menunggu keajaiban ini, apa kamu gak ngerti isi hatiku, aku terlalu sayang sama kamu “ Jerit Ratih dalam hati.
“Mas Danang mungkin yang sudah menikah atau tunangan yah “, balik Ratih bertanya.
Danang diam tak menjawab, dia lihat pergelangan tangannya sudah pukul 11.58. Tiba – tiba dia berdiri ke kasir, dan menarik tangan Ratih untuk pergi.
“Ayo kembali sudah hampir jam dua belas nih”.

Setelah kejadian siang itu Ratih belum bertemu lagi dengan Danang, maklum beda tujuan. Ratih mengikuti workshop pendidikan karakter untuk anak TK, kalau Danang ada sosialisasi BOP untuk pendidikan khusus.

Danang hanya mengirim pesan singkat lewat HP, dan Ratih belum sempat membalas karena gak ada waktu, habis materinya padat banget,
Sampai esok harinya, ketika Ratih mau makan pagi dan rencananya habis makan pagi mau langsung masuk ruang kelas , daripada bolak – balik ke kamar, makan waktu.

Lift terbuka …setelah dipencet., Ratih masuk, rupanya sudah ada orang didalam………dan deg. Jantung Ratih rasa mau berhenti ketika tahu yang ada didalam adalah Danang.

Dengan gesit tangan Danang menarik Ratih untuk segera masuk. Untuk sesaat mereka diam, akhirnya Danang yang membuka pembicaraan dulu
“ Dik sms ku kok gak dibalas, sibuk banget yah “.
“Enggak juga mas, rencana mau dibalas ej sudah ketemu”, jawab Ratih enteng sambil tersenyum manis, menggoda, membuat Danang jadi gemes.
“ Sarapan di resto yah “, ajak Danang
“Loh .” belum selesai Ratih menjawab, kebiasaan danang menggeret tangan Ratih sudah kambuh lagi
“ Ayo..gak apa, yang penting jam 7.30 sudah siap ditempat kan, masih ada waktu 1 jam, lumayan kan “.

Karena Ratih tak ingin ribut akhirnya ia mau saja seperti kerbau dicocok hidungnya. Tapi yang sebenar – benarnya , mungkin ini juga yang dimau Ratih.
Ratih dan Danang lebih banyak cerita , daripada menikmati santapan paginya. Danang seperti orang yang kesurupan, dia rasanya sayang kalau harus melewatkan pandangannya walau hanya 1 detik, dan ini membuat Ratih salah tingkah.
“ Mas….terus yah, kalau kamu terusan ngliatin , aku pergi loh”, ancam Ratih . Merajuk
“ Yah………enggak, enggak, jangan gitu toh, aku hanya nggak nyangka bisa ketemu pujaan hatiku 5 tahun yang lalu, itu saja “.
“ wis mas………ngomong lainnya, gimana skarang statusnya?”. Serang Ratih
Danang gak langsung jawab. Dia agak termenung , bingung dan kacau.
“Mas…….., kalau keberatan gak usah dijawab yah “, pelan suara Ratih menenangkan Danang.

Dan justru sikap Ratih yang selalu peduli inilah yang membuat Danang tak bisa melepaskan bayangan Ratih walau 5 tahun sudah lewat.
Sungguh sangat berbeda dengan Ety pacarnya yang satu profesi dan satu sekolah dengannya, anaknya keras, cemburuan, dan yang paling membuat Danang menderita adalah sifat posesif Ety, pernah 5 bulan yang lalu, Danang memutuskan hubungan mereka, tetapi Ety mengancam akan bunuh diri, dan itu membuat Danang harus berpikir ulang untuk memutuskan cewek kekanak – kanakan yang mau menang sendiri itu.
Dan ini tentu sangat beda dengan Ratih pujaan hatinya, anaknya dewasa, lemah lembut, perhatian dan smart, walau kadang sedikit manja. Rasa nyaman kalo sudah dekat dengannya, tanpa harus melakukan apa – apa.

“Mas….., ngelamun atau mikir nih “, Ratih membuyarkan lamunan Danang.
Danang tersenyum malu, lalu menggoda Ratih
. “ bodohnya aku, orangnya ada didepan mata kok, knapa mesti tak lamunkan, oh ini gara – gara perasaan cinta yang bertepuk sebelah tangan, jadi gak bunyi deh “.
Ratih jengkel dengan jawaban Danang, dicubitnya pinggang Danang dengan manja. Dan Danang kegirangan gak ketulungan.
Sungguh tingkah dua sejoli itu jadi benar – benar mirip ABG kasmaran.
“ Aku sayang kamu dik, terus…………..tanpa batas waktu, Ingat itu yah “, suara Danang pelan namun meyakinkan.

Ratih tak menggubris, dia lirik jam tangannya jarum menunjuk angka 7.10, Danang langsung berdiri menuju ke kasir. Mereka berjalan beriringan, sampai lobby hotel mereka berpisah .

Siang hari , waktu break Danang minta ketemuan, tapi Ratih gak bisa, ada tugas dari pemateri untuk membuat RKH (rencana kegiatan harian) yang bermuatan karakter. Yang jelas hari kedua benar – benar padat, sehingga membuat Ratih benar – benar lelah.
Malam hari ketika ada panggilan masuk dari hpnya, benar – benar gak terdengar. Ratih tertidur pulas. Danang jadi gondok, merasa diabaikan.
SMS gak dibalas, telepon gak dijawab. Dan sikap Ratih ini sungguh membuat Danang super penasaran.

Pagi hari , baru selesai Ratih sholat subuh, suara hpnya sudah menjerit – jerit minta diangkat. Dilihatnya di layar monitor Aris calling
“Ass mas…….”.
“Sudah sholat belum ?”
“Baru selesai, nih baru mau mandi, udahan dulu yah, ntar disambung lagi”.
“OK…eh bentar, kangen aku gak ?”,
Ratih tertawa geli, ni mas Aris kesurupan apa, kok jadi kekanak – kanakan sih, gak biasanya.
“ sudah yah mas.., tak tutp loh “, dan langsung Ratih menutup tanpa menunggu jawaban dari Aris.
Belum sempat Ratih menaruh hp. Tiba – tiba sudah berbunyi lagi. Ratih mengira Aris kembali menelepon, karena komplain sudah diputus tanpa persetujuan.
“Ada apa mas Aris…………….., mau mandi nih”.
Danang yang menelepon dan dipanggil dengan nama Aris, sedikit tersentak kaget.
ARIS, siapa dia ? pacar Ratih atau mungkin tunangan Ratih. Tiba – tiba ada yang berdesir dihati Danang, cemburu dan kecewa.
“Mas…………………”, Ratih memanggil
“Aku bukan Aris dik, Aku telepon cuma mau bilang selamat pagi “, jawab Danang dengan suara parau.tertahan di tenggorokan.
Ratih kaget. Begitu cerobohnya aku. Sesal Ratih dalam hati.
“ Oh maaf mas Danang, sudah bangun toh”, jawab Ratih asal – asalan
“Selesai sholat subuh, iseng mo bangunin dik Ratih eh malah……………”, jawab Danang menggantung, tanpa berniat menyelesaikan kalimatnya.
“Sholat subuh …?”, tanya Ratih terkejut. Bukankah mas Danang katolik , pikir Ratih tak habis pikir.
“Sudahlah….gak usah dipikirkan, aku tahu, pasti kamu mau tanya apa, yang jelas aku sudah jadi mualaf sejak 2 tahun yang lalu, gak usah tanya kenapa?,.
Ratih bersyukur bahkan hampir saja bersorak – sorak gembira, he………….
“ Selamat yah mas, Oh yah aku mau mandi nih, ntar disambung lagi yah”.
“Sebentar dik, aku Cuma mau bilang ini kan hari terakhir aku ikut sosialisasi BOP, ntar jam 11.00 penutupan dan langsung chekout, terus terang aku pengin ngomong penting nih, jadi makan paginya barengan yah, ditempat biasa “. Pinta Danang
“Waduh mas…, maaf sekali, kalau pagi ini sungguh gak bisa, coz kelompokku yang maju untuk presentasi, dan rencananya usai makan pagi kita kumpul dulu. Sory yah”.
“Kalo gitu selesai penutupan, aku tunggu di lobby, jam makan siang kita keluar yah, itu kalau kamu masih kasihan sama aku dik”, suara Danang terdengar lirih
Dan Ratih paling gak bisa membayangkan raut wajah orang tersayangnya ini sedih.
“OK mas, sampai jam 12 saat break makan siang, udah dulu yah”. Ratih menutup pembicaraan.

Ada rasa tak rela ketika tahu Danang akan selesai hari ini, sedangkan dia masih 1 hari lagi. Tetapi ada perasaan gembira ketika tahu Danang sudah jadi mualaf, dan sedikit rasa penasaran dengan apa yang disampaikan Danang tadi, bahwa ada pembicaraan penting yang harus disampaikan saat ini juga. Kira – kira pembicaraan apa yah.

Sedangkan Danang dikamarnya sedang resah gak karuan, banyak pertanyaan tentang nama Aris yang disebut Ratih tadi, siapakah Aris, bagaimana sosok Aris, Mengapa harus Aris, dan masih banyak lagi. Hemz………..pagi yang menegangkan.

Pagi itu bagi Danang dan Ratih adalah pagi yang sangat panjang, rasanya jarum jam sulit diajak kompromi untuk segera menunjuk ke angka 12. Mengikuti acata penutupan Danang tidak semangat, sekali – kali dia ikut tepuk tangan untuk sambutan dari kepala Dinas Pendidikan Propinsi, sebagai partisipasi saja, lebihnya , Danang banyak melamun.

Begitupun Ratih, bolak balik lihat jam tangannya, setelah debat sana sini, akhirnya yang ditunggu – tunggu datang juga, waktunya ISHOMA.

Ratih bergegas keluar, dia menolak ajakan temanya Ida dari Jombang untuk makan siang yang sudah disiapkan panitia. Dengan langkah bergegas dia menuju lobby, terlihat jelas pemuda jangkung yang memakai T shirt warna putih sedang asyik membolak balik koran. Ratih langsung menghampiri.
Ratih benar – benar tertegun, hmz mas Danang benar – benar ganteng, masih seperti yang dulu.
“Mas….”, panggil Ratih.
Danang tersenyum “ Sudah selesai?’, tanya Danang sambil berdiri.
Ratih mengangguk .
Mereka berjalan beriringan keluar menuju KFC , pesanan mereka masih sama seperti kemarin, bahkan tempat duduknya juga masih sama.
“Mau ngomong apa sih mas, kok sepertinya penting banget”. Ratih sudah gak sabar
“maaf sebelumnya kalau aku lancang, tapi aku percaya kamu pasti masih mempunyai perasaan yang sama dengan aku, walau sudah 5 tahun lewat , aku percaya kamu pasti masih memelihara rasa cinta itu. Begitupun dengan aku, bedanya kalau aku berani mengutarakan bahkan sejak 5 tahun yang lalu, kalau kamu lebih banyak menyimpan sendiri, terlalu banyak yang kamu pikirkan, apa gak sakit dik ?’,
Danang mulai berbicara tanpa ada titik koma, terus melajau seperti kereta .

“ Aku sudah berusaha meyakinkan, kamu selalu mengelak, bahkan setelah kamu lulus dari UPI, aku coba terus menghubungi kamu lewat udara tapi gak berhasil ,gak tahu nomermu ganti atau kamu sengaja menghindar, sampai aku datang ke surabaya, jawaban yang kuterima kamu nyusul kakakmu ke Irian, itu membuat aku terpukul, aku down”, suara Danang semakin lirih.

Ratih tak bisa menjawab, dia bingung mulai darimana untuk mengklarifikasi semua pernyataan Danang.
“Ok aku mau bicara sejujur – jujurnya , karena bagiku untuk memulai suatu hubungan apapun itu, kita harus jujur”.
Ratih tidak menjawab, dia hanya mampu menatap wajah sendu pemuda didepannya, menunggu kelanjutan ceritanya.

“ Sejak 1 tahun yang lalu, aku sudah menjalin hubungan dengan anak jogja, anak tunggal pengusaha ayam potong, dia teman mengajar , kami satu sekolah, aku tidak tahu kenapa aku bisa menjalin hubungan dengannya, yang aku tahu, aku sudah putus asa dengan nyanyian hatiku padamu yang tak kunjung bersambut, nama gadis itu Ety, sebetulnya kami sangat – sangat tidak cocok, disini aku yang banyak mengalah, karena aku toh sudah gak punya harapan apa- apa. Tetapi Tuhan masih sayang sama aku, sampai aku dipertemukan kamu lagi, apa ini jawaban dari doa – doaku, bahwa aku inginkan yang terbaik untuk hidupku “.

“Mas……, aku sungguh gak tahu masalahnya, tapi aku berusaha untuk mengerti kamu. Betapa sakitnya melalui hari – hari dengan orang yang tidak kamu sayang, tapi itu sudah terjadi, dan kamu tidak bisa hanya karena pertemuan kita lalu akan membuat suatu keputusan yang tidak fair. Anggap saja pertemuan kita ini obat dari kerinduan kita masing – masing, Semoga dengan obat ini bisa memotivasi kita untuk bisa jadi pribadi yang lebih baik, bagi siapapun yang ada disekitar kita’, Ratih berusaha menenangkan Danang
.
“Apa kamu sudah punya tunangan dik, jawab dengan jujur ?,
“belum mas, aku masih sendiri “.Jawab Ratih pasti.
Ratih berani menjawab dengan pasti karena memang dia belum terikat pertunangan dengan siapapun, sedangkan Aris hanya teman biasa yang mungkin frekuensi pertemuan dan kedekatannya luar biasa.
“Lalu siapa Aris yang kamu sebut tadi pagi?”, kejar Danang, ada perasaan lega disitu.
“Dia temanku, Oom dari muridku, yang kebetulan sering main ke rumah, sehingga hubungan kami cukup dekat”. Ratih menjelaskan.
“Lalu bagaimana persaanmu terhadap Aris ?’, danang masih mengejar, penasaran.
“Biasa lah, seperti dengan teman – teman yang lain “.
Tiba – tiba Danang dengan suka citanya langsung menggenggam tangan Ratih.
“Alhamdulillah, kamu tahu betapa leganya hatiku mendengar ini semua, percayaaalah dik aku akan selesaikan masalahku secepatnya, tunggu aku. Dan tolong jagalah cinta kita, aku percaya kamu bisa, aku sayang kamu, terlalu sayang bahkan, please, kamu mau janji kan “.

Ratih menarik tangannya pelan. Sebagai seorang guru, dia harus bisa menjaga sikap, dia bukan ABG yang bisa pegangan tangan disembarang tempat.

“Mas, tolong ……beri kesempatan padaku untuk memutuskan. Kalau perasaanku kamu sudah tahu jawabannya, tetapi disini kita tidak bicara hanya perasaan kita, tetapi ada orang lain yang juga berharap pada kita, pikirkan itu mas. Kita gak boleh egois dan kekanak –kanakan, kita harus fair terhadap semua perasaan yang terlibat disini, jadi janganlah membuat keputusan yang gegabah”.

Danang………benar – benar kagum dengan wawasan ratih, benar – benar dewasa dan matang.
Danang tersenyum sendiri…., memang dari dulu selalu satu langkah lebih kalah dengan Ratih dalam mengambil keputusan. Danang yang grusa grusu selalu bisa dinetraalisir oleh Ratih yang tenang.

Tiba – tiba Danang teringat kenangan ketika masih sama – sama menempuh kuliah di UPI dulu. Waktu itu Danang mendapat nilai E untuk mata kuliah SBM (Strategi Belajar Mengajar) dikarenakan dia tidak mengumpulkan tugas, karena harus pulang ke Malang .

Danang ditelepon Ratih untuk segera menyelasiakan tugasnya untuk perbaikan nilai, Danang tidak mau karena buku sumbernya terlalu sulit untuk dicari sehingga dia memutuskan untuk kontrak mata kuliah SBM semester depan, padahal semester depan itu semua mata kuliah sudah selesai tinggal skripsi, kalau harus mengulang SBM lalu kapan skripsinya, emang mau jadi mahasiswa abadi. Gerutu Ratih mangkel.

Dan tanpa sepengetahuan Danang, Ratih mengorbankan liburan semesternya untuk pulang ke surabaya, dia membantu Danang membuat tugas SBM untuk perbaikan nilai, lagipula Ratih yang sudah jadi asisten dosen itu juga harus membantu Pak Hery mengisi materi untuk mahasiswa PGSMP di Cibiru, jadi kalau memang gak pulang ke surabaya bukan karena berkorban untuk Danang semata melainkan juga karena ada pekerjaan tambahan.

Dan betapa kagetnya Danang ketika pulang dari malang , nilai SBM nya sudah berubah jadi C, berarti semester depan dia bisa benar – benar menyelesaikan skripsi. Dan dia tahu siapa yang telah membantunya, gadis ayu yang selama ini dia cintai diam –diam.

“Mas sudah jam 1 nih, aku balik yah, aku belum sholat juga, makasih atas petemuan ini dan selamat jalan, hati – hati “. Suara ratih membuyarkan lamuanan Danang.
“tapi dik, tunggu aku yah…, sungguh jaga perasaan kita, aku akan pulang, tapi aku akan datang lagi untuk kamu, jangan lupa aku sayang kamu tanpa batas waktu”.
Ratih dan Danang beriringan kembali masuk hotel, tanpa ada yang berbicara. Danang mengambil koper yang dititipkan ke Receptionis, bersalaman dengan Ratih dan pergi untuk pulang, kembali ke Malang.

Sedangkan Ratih dengan perasaan berat kembali ke kamar untuk sholat dhuhur.
Sepulang dari workshop di SUN Hotel Sidoarjo, sikap Ratih agak berubah, itu yang dirasakan Aris.

Ratih tidak sesemangat dulu ketika dia berkunjung ke rumah. Bahkan kalau boleh dibilang Aris merasa Ratih seakan menjaga jarak, ini membuat Aris Sedikit bingung. Sebetulnya Aris ingin bertanya tapi takut kalau menyinggung perasaan bu guru satu ini.

Entah mengapa Aris yang mulai merasa sayang pada gadis ini, rasanya ingin selalu melihatnya gembira, sehingga kadang Aris terlalu hati – hati untuk bersikap dan berucap.

Sungguh dia tidak mau kalau Ratih jadi tersinggung atau bahkan tidak menyukainya ketika dia salah sikap atau salah ucap. Aris sangat menjaga persaan Ratih.

Sedangkan Ratih semakin kebingungan menentukan sikap apalagi dengan SMS dari Danang yang setiap 1 jam menyapanya, belum lagi kalau Danag calling .Selalu walau hanya suara danang saja yang hadir tapi entah kenapa sanggup membuat jantung Ratih berdebar – debar, atau membuat panas dingin gak karuan.

Dilain pihak dia juga tidak mau menyakiti hati Aris . Baginya Aris terlalu baik untuk disakiti, walaupun berhubungan dengan Aris tidak menghadirkan debar – debar asmara, tapi dekat dengan Aris cukup membuatnya nyaman.
Lain lagi dengan Danang, semakin hari semakin giat bekerja, seakan dia hanya ingin mengisi hari – harinya dengan bekerja dan menelepon Ratih, sampai dia tak sadar kalau sikapnya itu membuat Ety marah, karena merasa diabaikan.

Danang seakan masa bodoh dengan sikap uring – uringan Ety, dan Danang tidak berusaha untuk menghiburnya apalagi memberi pengertian.
Danang benar – benar telah kembali menemukan dirinya, dia merasa lima tahun lebih muda dari usianya, dia seakan kembali seperti masih kuliah dulu. Ceria, penuh humor dan agak usil.

Gambaran danang yang pendiam dan muram sirna sudah. teman – teman Danang senang melihat Danang kembali jadi periang dan tidak tertekan.
Semangat Danang sudah kembali, dia lewati hari – hari dengan gembira, dan setiap hari selalu rajin menghafal hari, persis seperti anak TK yang lagi latihan menyanyi lagu nama – nama hari : senin selasa, rabu kamis, jumat sabtu minggu itu nama – nama hari.

Beda sekali dengan lagu Danang, walau judulnya sama – sama nama hari : senin selasa, rabu kamis, jumat sabtu minggu, itu hari yang kutunggu. Ha……ha…..Danang memang paling bisa.

Yah sejak pertemuan Danang dengan ratih di Sun Hotel sidoarjo kemarin, agenda baru Danang adalah sabtu malam minggu dapat dipastikan meluncur ke Surabaya..
Ratih sendiri diusianya yang hampir menyentuh angka dua puluh lima merasakan semangat ABG, tiba – tiba dia merasakan rindu yang luar biasa pada Danang.

Dia menunggu dengan harap – harap cemas telepon dari danang. Terkadang bahkan pikiran nakalnya muncul, dia membayangkan genggaman hangat tangan danang, membayangkan senyuman maut danang, membayangkan tatapan mesra danang, ah………………..jatuh cinta memang bisa mengubah semuanya jadi luar biasa.
Hati yang sendu jadi gembira
Warna biru jadi merah
Langit mendung jadi cerah
Bunga yang layu merekah indah
o…………………………cinta

ASA SEORANG GURU TK”

“ASA SEORANG GURU TK”

Pagi hari ku siap diri
Dandan rapi dan percaya diri
Tak lupa ku selipkan senyum tulus dari hati
Untuk menyambut peri-peri kecilku
Menghantar mereka menuntut ilmu
Muridku……… peri kecilku
Inginnya kuhiasi dirimu dengan akhlak mulia
Pengetahuan dan seni budaya
Agar kelak jadi orang terasah
Dengan penuh asih asuh dan asah
Semua kubimbing tanpa beda
Semua akan kuajak menyenandungkan sebua gita
Gita cinta dan cita-cita
Dan tak lupa kupanjatkan do’a
Agar engkau… peri-peri kecil yang kucinta
Menjadi insan yang berguna
Bagi agama,orang tua dan negara
Karena dipundakmu lah peri kecil ku yang luar biasa
Ibu titipkan segala asa yang mulia
AAMIIN……………………..

Ketika Cinta Harus Menunggu

1. Fall In Love ( Episode 1 )
Ratih seorang remaja yang baru masuk perguruan tinggi di UPI bandung, asli Surabaya masih semester 1 bulan ketiga, anaknya sederhana, manis, kulitnya bersih , berperawakan sedang dengan postur tubuh yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek , kata orang pas untuk ukuran orang Indonesia.
Yang terpenting dari itu Ratih adalah cewek SMART dan punya ketulusan hati yang dalam, hampir jarang atau mala tidak pernah punya dendam cocok dengan karakteristik arek Surabaya. yang selalu spontan, jujur dan terbuka.
Ratih masih jomblo, karena dia sangat ingat dengan pesan ibunya bahwa selama menyelesaikan SMA tidak boleh pacaran. Sebetulnya sekarang ketika dia sudah menjadi mahasiswi, peraturan dan nasehat ibu itu sudah tak berlaku lagi harusnya tetapi Ratih masih bingung, mau dibawa kemana hatinya berlabuh , mau ditambatkan kemana cintanya ini , karena terlalu banyak kumbang – kumbang berkualitas yang mengelilinginya
Anton seorang pemuda yang humoris ,penuh kasih sayang, kulitnya bersih, bermata sipit mirip peranakan cina, tetapi kalau ditanya Ratih tentang asal usulnya jawabnya selalu yang peranakan cina itu rumahnya, sebab itu rumah dibeli ayahnya dari orang cina, ha…ha ha….Ratih suka geli kalau sudah dengar cerita Anton. Anton satu angkatan dengan Ratih, walau baru beberapa bulan kenal dengan Ratih, entah kenapa Anton merasa sayang sekali pada cewek satu ini.
Perasaan ini jelas beda dengan ketika dia berpacaran dengan Atik gadis satu desa di Mojokerto yang sudah dipacari hampir 2 tahun. Perasaan itu juga beda dengan yang dirasakan pada adik semata wayangnya Antin. Ah…….entah yang jelas Anton selalu ingin ada saat diperlukan Ratih. Anton ingin selalu melindungi Ratih, tulus tanpah pamrih, baginya Ratih adalah gadis yang special yang pantas untuk diperlakukan secara istimewa.
Danang kakak tingkat Ratih dan Anton satu fakultas juga satu jurusan, sudah masuk semester 3 , perawakannya jangkung, kulitnya bersih, asli Malang, penampilannya agak acak- acakan, suka pakai jeans dipadu T shirt apa adanya, tapi tampan, dia paling bisa mengambil kesempatan, tapi dengan cewek yang dia taksir agak sedikit gugup bila berhadapan,
Danang selalu bisa menikmati perhatian gadis – gadis yang mengagumi ketampanannya. Tapi dengan Ratih yang adik kelasnya, yang pernah dia kerjain waktu ospek, Danang benar – benar tak berkutik. Dan entah mengapa Ratih justru dalam 1 bulan terakhir ini selalu dihantui bayang- bayang cowok playboy ini.walau Ratih kerap mendengar bagaimana ulah cowok tampan ini, Ratih seakan tak peduli.
Ido sahabat Danang , perawakannya jangkung sama dengan Danang, kulitnya coklat, manis dan punya lesung pipit, anaknya pendiam cenderung cool tapi agak sedikit egois. Ido sudah punya pacar di Surabaya, jadi dia bisa menjaga sikap, ditambah Ido adalah tipe cowok yang setia pada pacarnya. Ido sebenarnya agak sedikit sombong dalam berteman suka memilih tetapi pada Ratih beda Ido sangat sayang sebagai adik. Maklum anak tunggal dikeluarganya. Mereka berempat bersahabat :Ratih, Anton, Danang dan Ido karena satu kost dan sama- sama asli dari jawa timur.
Satu lagi Wita anak Jakarta asli, satu angkatan dengan Ratih dan Anton, teman satu kamar Ratih ini anaknya periang, sedikit cerewet, kulitnya agak kecoklatan, perawakannya kecil cenderung kurus. Dan yang membuat Wita kerasan satu kamar dengan Ratih karena sifat sabar dan ngemong Ratih terhadapnya.
Pagi itu Ratih berangkat kuliah sendiri, dengan langkah perlahan dia menyusuri sepanjang jalan menuju kampusnya ,yah fakultas ilmu pendidikan memang tempatnya agak kebelakang. Hm..udara pagi yang segar dia hirup perlahan, sekali-kali dia melambaikan tangan pada mahasiswa yang sudah dia kenal, tiba-tiba ada langkah yang sedikit tergesa menjejerinya. Ratih menoleh .Deg….tiba-tiba jantungnya berdegup kencang ketika tahu siapa pemilik langkah panjang tadi.
“Pagi……kok tumben duluan, tadi tak tunggu lo, kok gak keluar – keluar, untung Wita kasih tau kalo enggak wah……bisa jamuran aku nunggu non cantik ini ”, kata Danang sambil tersenyum.
“Hm…, iya mau ketemu temen dulu, maaf yah mas “, jawab Ratih tak yakin
“Temen apa demen ?, goda Danang. Ratih tak menjawab hanya tersenyum sedikit membuat yang memandang jadi penasaran tak karuan. Busyet kenapa aku jadi seperti orang bego begini sih , runtuk Ratih dalam hati.
Mereka berjalan berdua tanpa berucap kata. Masing-masing asyik dengan pikirannya sendiri, ketika tiba-tiba tangan Danang menangkap tangan Ratih, digandengnya tangan mungil itu.
“Ada apa mas ?”, Tanya Ratih kaget.
Danang tak menjawab dengan serta merta ditariknya tangan Ratih untuk diseberangkan jalan.
“Menyeberangkan kamu, gak boleh”, jawab Danang kemudian dengan tangan yang masih menggandeng. Ratih terharu dengan perhatian kecil Danang.
“ Terimakasih mas “, jawab Ratih sambil menarik kembali tangannya ketika sudah sampai ujung jalan.
Dari jauh Ratih melihat lambaian tangan Yuni, gadis ngayogyakarto teman satu kelompok dalam tugas DKB (Diagnosa Kesulitan Belajar), Ratih membalasnya sambil melambaikan tangan memberi isyarat agar Yuni mendekat.
“Sudah selsai Yun?, tanya Ratih.
“Sudah”, jawab Yuni sambil melihat Danang yang ada disamping Ratih..
“Oh yah kenalin ini mas Danang teman satu kost, dia kakak kelas kita loh, mas Danang ini Yuni asli jogja”,
Danang dan Yuni saling berkenalan. Mereka bertiga melanjutkan perjalanan, sampai di depan perpustakaan Danang memisahkan diri. “Dik aku duluan yah mau ke perpus dulu, da….sampai jumpa nanti siang “, kata Danang berpamitan sambil menatap nakal Ratih. Ratih mendelik melihat Danang yang mengedipkan mata , menggodanya.
“He….Ratih pacarmu yah, ganteng skali “, selidik Yuni
“Hush……..ngawur, bukanlah, dia hanya kakak kelas dan teman satu kost kok”.
“Wah..asyi….k, dia udah punya pacar belum, aq mau donk dicomblangin”.jerit Yuni kegirangan
Ratih tak merespon, dia berlalu begitu saja diikuti Yuni dari belakang.
Sore itu Ratih sedang menghadap laptop, mengerjakan makalah tugas dari Pak Chotim mata kuliah Strategi Belajar Mengajar, ketika handphone berbunyi tanda ada sms masuk. Wita yang duduk ditepi tempat tidur dengan mudah menjangkau HP Ratih yang kebetulan tergeletak di atas bantal.
“nih ada sms, tak baca yah “, goda Wita sambil cengengesan, tapi tetap mengangsurkan hp itu ke Ratih.
“baca aja …..tapi bayar “, ganti Ratih menggoda.
Ratih membuka sms. tertulis “Tolong ntar jam 4 temenin cari buku ya, please.
Ratih bingung ketika membaca sms yang ternyata dari Danang, untuk sesaat dia termangu, sampai Wita heran .
“Eh.ada apa kok bengong, kesambet yah, emang sms dari siapa ?, tanya Wita sambil menghampiri Ratih.
“dari teman kok, tanya tugas udah kelar belum “.jawab Ratih sambil menutup laptopnya.
Dihempaskan badannya diatas kasur, pikirannya menerawang , apa yang akan dilakukan. Hm….kenapa ajakan sederhana gini aja kok membingungkan aku, padahal soal sesulit apapun aku dengan mudah dapat mengerjakannya. Ih…………..ngeselin banget nih cowok. Umpat Ratih dalam hati.
“Hey..Wit, gimana nih mas Danang minta ditemani cari buku “.akhirnya Ratih jujur, ketika dia mentok tak tau harus ngapain.
“Alah.ikut aja, paling juga gak cari buku, hanya dipakai alasan aja, udah ikutlah, aq gak akan cerita kesiapapun, janji deh”, terang Wita sambil memberi kode mulut dikunci.
“Janji yah, jangan sampai Anton dan mas Ido tau yah”, Ratih menegaskan.
“Ok”. Jawab Wita sambil mengunci mulutnya dan mengacungkan jempolnya.
Sore itu Ratih berboncengan menuju gramedia, dalam perjalanan mereka berdua diam saja, tiba-tiba tangan Danang meraih tangan Ratih,ditempelkan dipinggangnya.
“pegangan ya dik ,ntar jatuh loh”.
“mas Danang cari bukunya dimana , gramedia ?, Ratih mengelak rikuh.
Danang mengangguk tak pasti. Sampai gramedia mereka beriringan masuk. Danang hanya mondar mandir tak tentu, Ratih memperhatikan dengan heran. Akhirnya dengan alasan gak menemukan buku yang dia cari Danang mengajak Ratih keluar.
Sore menjelang malam itu mereka habiskan dengan hanya makan bakso cinta dan putar-putar kota. Emang benar dugaan Wita, cari buku hanya akal-akalan Danang agar bisa mengajak Ratih keluar. Emang paling bisa kok makhluk ganteng satu ini. Lagi – lagi Ratih hanya mampu mengumpat dalam hati.
Sebenarnya Ratih bukan gak merasa segala perhatian kecil Danang kepadanya, cuma Ratih takut salah menterjemahkan perhatian Danang, karena Ratih sudah terlanjur banyak tahu gadis-gadis yang ada disekeliling Danang. baik yang di kampus atau sekitar kost yang ngefans Danang. Kadang ada yang mencari untuk alasan pinjam buku, atau ada yang sekedar mampir dan ada juga yang sengaja nyamperin atau malah mengirim makanan untuk Danang. Nah parah kan ! kalo cewek saingan Ratih begitu nekatnya.
Sedang Ratih tak pernah sedikitpun berbuat sesuatu untuk Danang. Kadang ada sebersit pertanyaan dalam hatinya, “Mana pacar Danang yang sebenarnya?’, kenapa semua dapat perlakuan yang sama, tidak ada yang special . Malam minggu Danang jarang keluar kost. Hari- hari biasa kuliah, dan Ratih sangat hafal jadwal kuliah Danang, walau tidak satu angkatan karena memang selain Ratih sengaja menghafalkan juga karena mereka satu kampus.
Hanya kadang-kadang memang Danang pergi dua hari gak pulang ke tempat kost, ketika Wita tanya, selalu dijawab menginap di rumah keluarganya yang ada di Cimahi. Itu saja.
Sedang Anton sendiri merasa tak nyaman melihat kedekatan Ratih dengan Danang, bukan cemburu kata Anton, hanya merasa gak rela saja, takut Ratih nanti kecewa .
Begitupula dengan pemuda berlesung pipit , Ido, dia juga jengkel dengan Danang yang belakangan ini sok dekat dengan Ratih. Apa maunya …?, runtuk Ido juga tak rela.
Hingga pada suatu sore ketika mereka, para penghuni panorama III sedang bercengkerama di ruang tamu , tiba-tiba ada yang mengetuk pintu. Anton dengan gesit melompat menuju pintu, dibukanya daun pintu. Kepala seorang gadis yang rumahnya tak jauh dari kost , yang belakangan Ratih tahu namanya IYUT mencari Danang. Iyut datang tidak dengan tangan kosong, dia membawa oleh-oleh, katanya asinan dari bogor. Ratih mempersilahkan Iyut untuk duduk dekat Danang. Ratih memilih untuk bergeser duduk dekat Ido, lalu , beringsut dan sebentar kemudian karena alasan mau mengerjakan tugas minta ijin untuk masuk ke kamar.
“Maaf aku masuk dulu yah “, pamit Ratih sopan.
Yah Sikap inilah yang banyak digandrungi pemuda-pemuda disekitar Ratih. Sopan, selalu senyum, baik dan hatinya selalu tulus kepada siapa saja. Tak heran banyak teman satu angkatan Danang yang naksir, bahkan banyak yang suka cari-cari informasi baik lewat Ido maupun Danang sendiri. Ada juga yang selalu titip salam. Begitu pula dengan teman satu kelas Ratih, tentunya termasuk Anton yang ternyata diam-diam dia juga menaruh hati pada Ratih.
Hari Minggu sudah menjadi kebiasaan Anton dan Ratih selalu joging disekitar tempat kost. Ratih yang kelelahan dari belakang memegangi handuk kecil Anton. Rupanya keakraban inilah yang menjadikan Anton merasa nyaman dekat Ratih. Setelah melewati dua putaran Ratih dan Anton beristirahat dikursi taman. Anton memandangi wajah Ratih yang penuh keringat, pipinya yang merona merah makin membuat Ratih terlihat manis. Seperti buah apel malang, segar dan menyehatkan. Bisik Anton nakal.
“Hey kamu ngomong apa An ?, hardik Ratih jengah , ditatap Anton mesra.
“Gak, kamunya aja yang salah dengar, ku cuma tanya , gimana capek enggak sayang ”, elak Anton
“Eh ….An..aku mau tanya boleh gak. Ini serius loh ”, ,kata Ratih mengalihkan arah pembicaraan
“silahkan asal jangan yang sulit ntar aku gak bisa jawabnya, biasa mahasiswa malas, belum belajar nih”, gurau Anton. Ratih tak menggubris.
“Mas Danang sudah punya pacar belum yah An?.
Anton kaget mendengar pertanyaan Ratih. Sungguh sangat tidak disangka.tiba-tiba saja. Pertanyaan yang membuat Anton kesal.
“An……………..dengar enggak?.
“Kenapa? , kamu suka !:, balik Anton bertanya sambil menyelidik. Ada nada tidak suka, sangat tidak suka.
“Yah sukalah……, aku suka sama kamu karena kamu sahabatku, aku suka mas Danang dan mas Ido karena mereka seperti kakakku sendiri, aku sayang Wita karena dia juga sayang aku”. Jawab Ratih enteng, tanpa mempertimbangkan perasaan Anton.
“Bukan itu maksudku, tapi………………., yah sudahlah. “, Anton menutup pertanyaan Ratih tanpa memberi jawaban.
“Ayo………lari lagi terus pulang “, kata Anton sambil menarik tangan Ratih. Kelihatannya Ratih masih capek, dia ogah-ogahan untuk berdiri, ketika dari arah belakang terdengar suara yang sangat akrab ditelinga.
“masih capek tuh Ratih, istirahat dulu aja:, Ido ,Wita dan Danang sudah berdiri rapi di belakang tempat duduk Anton dan Ratih.
“Hey.,Wit ikutan jogging juga kamu “,
“ea ,habis dipaksa mas Danang sama mas Ido sih :.
Mas Danang diam saja hanya melirik kearah Ratih, sementara mas Ido sudah terlibat percakapan sendiri dengan Anton. Setelah istirahat cukup lama, akhirnya mereka berlima sepakat untuk pulang, keetika tiba-tiba ada suara dari jauh memanggil nama Danang.
“Kak Danang tunggu…………..”. Iyut berlari menuju kearah mereka. terlihat wajah Ido dan Anton gak senang.
“Hu……………..gangguan datang lagi”, serempak mereka berguman.
Ratih menoleh kearah Danang yang tepat ada disampingnya. Danang tiba-tiba menendang botol air mineral yang tergeletak disampingnya. Seakan ingin melampiaskan kekesalan yang tak tau darimana asalnya.
Ratih dan Wita berpandangan tak mengerti. Akhirnya dengan cepat Anton menarik tangan Ratih dan Wita.
“Kami duluan yah .kak Danang “, godanya sambil melambaikan tangan. Diiringi Ido, Wita dan Ratih.
“kami duluan yah mas”, pamit Ratih, selalu sopan.
“Eh kalian mau kemana , kita sama-sama aja, rame-rame”. Kata Iyut berbasa basi.
“kami mau kemana-mana dan gak suka rame-rame tu…. Da…………”, ledek Anton lagi sambil bergaya bencong. Ido gak kuat menahan tawa, dia tergelak begitu saja.
Danang terlihat sebal melihat teman-temannya meledeknya. Dia menatap Ratih seakan memohon untuk menemaninya, tapi tangan Anton lebih kuat menarik untuk mengikutinya.
“Enggak banget deh lihat Iyut”, runtuk Wita.
“iya.,lihat tuh gayanya antara muka sama dandanan enggak matching. Danang aja yang oon”.runtuk Anton mulai ember.
“kenapa sih kalian, biarlah, gak usah diributin”,Ratih melerai.
“Enggak gitu adik sayang, genitnya Iyut itu loh yang gak tahan, kalau gak cantik sih dimaafkan, ini enggak kemana-mana, menor mana genit lagi, pengin muntah”.Ido lebih parah dalam menilai.
“Iya.kalian gak suka, tapi mas Danang kelihatannya enjoy aja tuh”.Ratih masih membela.
“Ya.iyalah orang Danang ada pamrihnya “,serentak suara Ido dan Anton keras lagi.
Ratih gak suka dengan penilaian sahabatnya, dia lari meninggalkan teman-temannya .
Liburan akhir semester Ratih bermaksud pulang kampung. 1 tahun rasanya begitu lama. Dia kangen dengan Ibu terutama masakannya yang terkenal paling lezat di RTnya, terbukti setiap acara tirakatan malam 17 agustus selalu Ibunya yang kebagian tugas menyiapkan masakan berupa nasi tumpeng dengan temanya, ada urap, ayam goreng ,telur bumbu bali, rempeyek, tahu tempe bumbu kuning. Hmmmmmmmmmmm terbayang sudah didepan mata hidangan spesial itu.
Pagi itu dengan diantar Anton sampai stasiun, antri karcis dengan tujuan stasiun gubeng Surabaya Ratih pulang. Sedangkan Anton , Ido dan Danang tidak pulang karena ada tugas yang belum diselesaikan hingga harus puas dengan nilai D. Setelah dapat karcis, menunggu sebentar kereta apipun datang. Anton mengantar sampai Ratih mendapatkan kursinya yang sesuai dengan nomer tiket.
“ Kalau sudah sampai telepon yah “, kata Anton tak rela melepas Ratih sendiri.
“Beres, kalau aku punya pulsa, kalau gak sms aja yah “, jawab Ratih dengan perasaan gembira karena mau pulang dan bertemu keluarga.
Dalam perjalanan menuju surabaya tidak ada yang istimewa. Penumpang yang duduk didepannya sepasang suami istri dari Jogjakarta, asyik bercerita tentang rencana-rencananya di jogja nanti.
Penumpang disebelahnya seorang pemuda dengan tujuan ciamis. Orangnya cuek walau kadang Ratih merasa dia sering mencuri pandang padanya, tak digubris. Sama sekali oleh Ratih. gak gentlemen sekali, masa curi-curi pandang giliran Ratih menoleh ,eh pura-pura buang pandangan”, runtuk Ratih dalam hati.
Tanpa terasa Ratih tertidur hingga tak sadar kalau pemuda disampingnya sudah turun. Dan ketika sampai Jogjakarta pasangan suami istri didepannya pun turun. dengan sopan mereka pamitan .
“Dik .., kami turun dulu yah, selamat menikmati perjalanan “.
“Eh..terima kasih mbak. Selamat bertemu dengan keluarga yah “.
“Sampai jumpa dik”, kata mereka berdua sambil salaman dengan Ratih.
Ratih gak bermaksud untuk turun. Walau sekedar melepas ketegangan otot-otot kakinya. Malas. Dia melunjurkan kakinya dan memutar badannya kekiri dan kekanan ketika ada suara yang tenang mengagetkannya.
“kosong mbak ?, Tanya penumpang yang baru naik dengan sopan.
“yah, yah silahkan mas “, jawab Ratih mempersilahkan penumpang tersebut untuk duduk dikursi depannya. Tapi pemuda tersebut malah duduk disampingnya. Ratih menggeser duduknya. Tak berapa lama naik lagi seorang nenek dengan cucunya , remaja yang usianya berkisar antara 15- 16 tahun. Ganteng . Ratih dengan mudah dapat menilai.
”Uh….pikiran nakal”. Ratih tersenyum dalam hati.
Tak berapa lama kereta pun berangkat lagi melanjutkan perjalanan menuju Surabaya. Gerbong yang tadi sempat lengang kini sudah penuh terisi penumpang. Para penjual baik penjual liar maupun dari pihak Restorka sendiri mulai menawarkan dagangan dan penyewaan bantal.
Ratih membuka tas, ada yang bergetar di handbagnya, rupanya ada sms 5. Woi…..banyak juga.
Dibukanya sms 1 dari Anton “ Sudah sampai mana sayang.
Sms kedua dari Yuni teman kuliahnya ‘Ratih kalau balik ke Bandung jangan lupa oleh-olehnya yah”.
Sms ketiga dari Danang ,wah agak panjang nih “ Dik maaf yah tadi gak bisa ngantar, pesanku jangan lupa kalau sampai rumah sms aku dan yang paling penting nih ,aku kok sudah kangen kamu yah“. Ratih sedikit tergetar usai membaca sms dari Danang, tapi dengan cepat dia bisa menetralisir suasana hatinya.
Sms keempat dari Wita “Ratih aku kesepian, jadi aku ikutan pulang ke Jakarta nih.”.
sms kelima dari orang rumah, kakaknya ‘Sampai gubeng jam berapa, biar gampang aku jemputnya”.Dengan cepat dibalasnya sms kakaknya “sekitar jam Sembilan kalau gak ada halangan”.
Usai membalas sms kakaknya Ratih bermaksud untuk memejamkan matanya ketika suara disampingnya mengajak komunikasi.
“turun mana mbak ?.
“Surabaya stasiun gubeng , mas sendiri turun mana “.
“sama Surabaya, tapi stasiun wonokromo”. Akhirnya mereka berdua terlibat obrolan. Lumayan untuk mengusir kejenuhan.
Setelah menghabiskan liburan di Surabaya, Ratih kelihatan lebih bersemangat untuk balik ke Bandung. Kali ini Ratih pulang dengan naik bis Kramat Jati . Sampai tempat kost , masih sepi rupanya Wita belum balik dari Jakarta. Sedang asyik beres-beres ada yang mengetuk pintu kamar ternyata. Danang.
“pulang kok gak ngabari, siapa yang jemput dari stasiun ?”, tanya Danang khawatir.
“Aku naik bis kok mas”.
“Boleh masuk ?.
“silahkan”, jawab Ratih sambil membuka pintu kamarnya lebar-lebar.
Dia tidak ingin terjadi kesalah pahaman apabila menutup pintu. Danang masuk duduk di tepi tempat tidur. Ratih duduk di kursi belajarnya. Tiba-tiba ada suara gaduh dari atas. Anton dan Ido berebut turun, langsung menuju kamar Ratih.
“Aduh..kamu bikin senewen aja, kenapa kok gak telepon atau sms sih”, serang Anton gak terima.
“Sorry…….., aku sibuk, tapi aku juga gak mau ganggu kamu”.
“Ganggu ?, ganggu apaan “.
“yah kamu kan lagi nyelesaian tugas, harus konsentrasi donk”.
“Alasan”. Gerutu Anton gak suka.
Di kamar itu Ratih, Anton, Ido dan Danang bergurau, dilanjutkan di ruang tamu. Suara tawa Anton yang tergelak nmenandakan betapa gembiranya mereka. Tiba-tiba suara HP Ratih memanggil, rupanya ada telepon masuk dari nomer tak dikenal.
“Asalamualaikum, ini siapa yah ?, Tanya Ratih sopan
“Walaikum salam, lupa sama saya, yang kemarin satu kereta api waktu ke Surabaya. Totok “.
“Oh mas Totok, gimana kabarnya mas ?.
“Baik..Alhamdulillah. Dik Ratih posisi dimana, masih di Surabaya apa sudah balik ke Bandung?
“Sudah di Bandung, barusan datang”. Ratih terlibat obrolan dengan kenalan barunya waktu naik kereta api. Totok ternyata seorang polisi Brimob yang bertugas di Sukajadi Bandung. Melihat Ratih asyik bertelepon ria dengan orang tak dikenal , tiga sekawan itupun cemberut merasa diabaikan.
Pagi itu mereka berempat berangkat kuliah bersama, bersenda gurau disepanjang jalan menuju kampus. Diperempatan masuk area kampus dekat masjid Alfurqon, Budi teman satu angkatan dengan Ido dan Danang gabung, langsung menjejeri langkah Ratih.
“Ratih manis, kemarin tak sms kok gak dibalas sih, sibuk benar yah”, goda Budi
“Eh mas Budi, iya maaf….. , biasa anak kost lagi bokek pulsa. tapi untuk bukunya terimakasih sekali loh sudah dipinjami”.jawab Ratih ramah
“Alah gak apa-apa .biasa. kalau butuh buku yang lain mas Budi siap kok untuk membantu”.Oceh Budi lebay.
Ratih hanya tersenyum. Terlihat Danang agak marah melihat ulah Budi yang sok akrab dengan Ratih. Ido melihat gelagat itu, lalu dengan sengaja dia ngomporin Danang.
“Oh yah maaf Bud, kamu kan setiap hari kirim salam buat Ratih tu , tapi aku gak pernah sampekan. Lupa……..!!”, kata Ido dengan suara keras.
“Waduh.Do, parah kamu, makanya Ratih kok cuek sama aku. Ratih manis maukah kamu menemani aku ke kantin “.
Danang blingsatan mendengar ajakan Budi khusus untuk Ratih. Sialan traktir orang kok pilih – pilih.
“mas Budi yang baik, sayang nih aku udah makan, lain kali aja yah”, elak Ratih halus.
Plong dada Danang mendengar Ratih sudah menolak ajakan Budi.
“Good, gooooooooood.emang gadis baik”puji Danang dalam hatinya.dasar sirik.
Sore itu pulang kuliah Ratih melihat Danang baru keluar dari pintu bersama Iyut, sepertinya mau keluar. Ratih sedikit kaget walaupun dia sudah tahu bahwa Iyut salah satu dari fans Danang, tapi tak urung hati Ratih pun terasa berdesir ngilu. Sempat rona mukanya memerah, tapi dengan segera dapat dinetralisir.
Ketika berpapasan di halaman Ratih berusaha untuk tegar, dia mengangguk sopan kearah Iyut, tanpa menoleh kearah Danang.
Danang serba salah lalu dengan gesit dia sudah bergerak menghadang Ratih .menghalangi jalan .
“Dik aku keluar ngantar Iyut yah, aku cuma dimintai tolong kok “. Danang berusaha memberi penjelasan.
Ratih diam mematung. Lalu digesernya badannya menghindari Danang, tanpa menoleh dan pamitan Ratih langsung masuk kedalam.
Sampai kamar masih sepi ,rupanya Wita belum pulang. Diraihnya laptop lalu dibuka, untuk sesaat dia bingung mau menulis apa, kemudian seakan terlintas dibenaknya banyak uneg-uneg yang harus dikeluarkan mumpung Wita belum pulang, pikirnya.
ENGKAU.
Engkau…………..bagai matahari
Yang selalu menghangatkanku
Engkau………….bagai kelip bintang di langit
Yang memberiku cahaya dalam gelap
Engkau………….bagai pelangi
Yang membei warna jalan panjangku
Engkau………….bagai rinai hujan
Yang membasahi ladang hatiku yang tandus
Engkau…………bagai semilir angin
Yang menyegarkan segala penatku
Engkau…………bagai melati
Yang menebarkan bau harum dalam nafasku
Engkau…………bagai mimpi indah
Yang selalu memberiku inspirasi
Engkau…………bagai warna merah
Yang membuat semangatku membara
Tetapi
Engkau…………juga bagai warna biru
Yang dapat membuat hatiku pilu
Engkau……………bagai onak duri
Yang menusuk sakit relung hatiku
Ah………………….Engkau
Apapun tentang Engkau
Inginnya selalu kuraih dan kurengkuh
Karena engkau………..senantiasa ada dalam khayal dan nyataku
Karena engkau ada dalam cita dan cintaku
Karena engkau selalu bantu aku usaikan waktu
Seiring alunan lagu nan merdu
Sejuk……………..menyentuh kalbu.
Ratih menyudahi gambaran rintihan hatinya. Dia begitu nelangsa, tak tahu harus bagaimana dengan kisah cintanya, tanpa terasa menitik air matanya. Ratih menangis sendiri dalam hati.
Sejak kejadian sore kemarin, Ratih terlihat mulai menjaga jarak dengan Danang, apalagi setelah dia dapat sms dari Iyut.
“Kamu tahu kan kalau Danang pacarku, makanya jangan dekat- dekat, katanya banyak yang naksir, pacar orang juga diembat dasar gak tahu diri”.
Sengaja Ratih menyimpan sms itu, dia gak mau cerita kepada Anton dan Ido bahkan Witapun tidak diberitahu. Malu hanya karena seorang cowok.
Ratih selalu ingat pesan Ibunya di Surabaya, kuliah yang sungguh- sungguh, ingat orang tua bekerja keras untuk membiayaimu.
Danang sangat merasa kalau akhir-akhir ini Ratih menjauh, dan dia merasa tidak nyaman, apalagi melihat Raden Budi yang akhir-akhir ini rajin nyambangin Ratih, belum lagi kenalan Ratih yang polisi ganteng itu, lengkap sudah gunda gulananya hati Danang.
Sialan. tapi Danang tetap tidak bisa menentukan sikap. Kalau sudah seperti itu dapat dipastikan Danang akan menghilang, nginap di rumah saudaranya yang di cimahi. Alasan klasik, ingin menenangkan diri. Kata Anton PENGECUT
Sudah dua hari Ratih tergolek lemas tak berdaya, dia hanya tiduran di kamar, kemarin sudah diantar Wita ke dokter katanya Ratih kena gejala thypus, jadi harus banyak istirahat.
Dan disaat seperti ini hanya Anton yang setia menemani, dia menunggu di tepi kasur dengan harapan ketika Ratih terbangun yang dilihat pertama adalah dirinya.
Dan benar saat Ratih membuka matanya, terbangun dari tidurnya yang dilihat pertama Anton. Wita dan teman-teman lainnya sedang kuliah.
“Anton………..dari tadi?”,Tanya Ratih malu.
“dari kemarin bahkan, ayo makan dulu setelah itu minum obat”.
Ratih jengah diperlakukan Anton dengan manis.
“Apaan sih, aku gak apa-apa kok, aku sudah sehat “. Anton tidak menggubris, diambilnya mangkok berisi bubur ayam yang tadi dibelinya.
Dengan telaten disuapi Ratih. Setelah selesai diambilkan obat dan air putih hangat.
“Terima kasih yah An, kamu baik sekali”. Kata Ratih pelan.
“Alah….ngomong apa kamu, aku kan sahabatmu. Sudah biasa aja”. Kata Anton dengan termangu.
Sahabat, benarkah itu yang dimaui Anton. Bukankah akhir-akhir ini dia selalu berlebihan dalam bersikap pada Ratih. Selalu protec, over care dan satu lagi sekarang Anton juga punya perbendaharaan perasaan baru yaitu cemburu.
Anton akan uring-uringan tanpa sebab kalau tahu ada cowok lain yang dekat dengan Ratih.
Danang mengetuk pintu, minta ijin untuk diperbolehkan masuk.
“Dik maaf aku baru tahu kalau kamu sakit, sekarang bagaimana , sudah ke dokter?”, Tanya Danang beruntun, ada rasa bersalah jelas di wajahnya, karena baru mengetahui kondisi Ratih.
“Gak apa kok mas, sekarang sudah mendingan. Toh ada Anton yang selalu setia setiap saat”.
“Emang aku rexona apa, setia setiap saat “, canda Anton
“Kamu gak kuliah An, sudah sana kamu pergi kuliah, Ratih biar aku yang jaga”, Danang mencoba mengusir Anton dengan halus.
“Gak, malas ! gak tega aja aku meninggalkan Ratih bersama kamu”. Jawab Anton ketus.
“Maksud mu ?”.
“Pikir aja sendiri “.
Danang diam, terlihat geram dengan ucapan Anton.
Ratih serba salah, bingung mau bersikap. Anton dengan gayanya cengar cengir sendirian merasa diatas angin.Menang Aku.soraknya dalam hati.
Hari ini Danang dan Ido kuliah sampai sore, Ratih kosong, tapi hari ini dia ada acara menyelesaikan tugas bersama Yuni di perpustakaan kampus.
Seperti biasa , setiap bertemu yang ditanyakan Yuni pasti Danang. Mulai dari hal kecil sampai peluang dia untuk mendapatkan hati Danang.
Pukul 12.30 selesai tugas Strategi Belajar Mengajar. Ratih bergegas pulang, tapi di tengah jalan dia mendapat sms dari Iyut , mengajak ketemuan . Belum sempat membalas smsnya, Iyut tiba-tiba sudah ada di pintu gerbang keluar masjid Alfurqon.
Iyut lalu mengajaknya main ke rumahnya. Ratih dengan sedikit heran bersedia untuk ikut.
Sampai rumah Iyut , Ratih langsung disambut ramah oleh keluarganya, mama dan adik-adik Iyut. Ratih bersalaman dan tak lupa mencium tangan mama Iyut. “selamat siang tante”.
“Siang……, silahkan duduk , santai saja dulu yah “. Kata mama Iyut.
Belum sempat Ratih menaruh pantatnya pada jok sofa, Iyut langsung mengajak Ratih naik ke kamarnya. Semakin membuncah rasa heran Ratih dengan perilaku Iyut yang belakangan agak sedikit gondok padanya, teringat Ratih akan bunyi sms Iyut beberapa hari yang lalu. Kalau mau jujur Ratih sebetulnya sangat tersinggung.
“Dik Ratih aku mau minta tolong, .hem………………begini “, Iyut gak bisa melanjutkan , seakan ada yang tersekat dalam tenggorokannya.
Ratih menghampiri Iyut, dipegangnya tangan Iyut dengan tulus. “Ceritalah mbak mungkin aku bisa menolong “. Ratih menguatkan Iyut.
“ Eng…….bagaimana perasaanmu pada mas Danang ?”, tiba tiba Iyut melontarkan pertanyaan yang membuat Ratih bingung.
Ratih terdiam beberapa saat. Harus menjawab apa?, kalau menjawab yang sebenarnya jelas Ratih akan berteriak keras bahwa dia sangat sayang pada Danang, tapi dengan situasi seperti ini, oh…………….tidak bisa. Aku harus memahami perasaan orang lain, toh Danang juga gak pernah menyampaikan perasaannya , hanya signal-signal yang sulit untuk diterjemahkan.
“mbak……..aku gak ada apa-apa dengan mas Danang, hubunganku dengan dia seperti kakak adik, sama seperti aku dan Anton, dan mas Ido juga”.
“Tapi sikap mas Danang ke kamu kok lain, bahkan akhir-akhir ini dia mulai menjauhi aku”.
“Maksudnya apa mbak ?”.
“Begini dik, sebetulnya aku berhubungan dengan mas Danang sudah lama, sudah 1 tahun lebih sebelumnya kami baik-baik saja, sampai akhirnya kamu datang. Mas Danang langsung berubah,dia jadi cuek, dan gak perhatian lagi”. Suara Iyut pelan.
“Sebetulnya aku juga yang salah dik , aku terlalu memaksakan diri, mas Danang hanya mengikuti mauku, tapi…………..”.
“Sebentar mbak maksudnya apa ini ?’.
“Begini dik, sebenarnya mas Danang tidak mencintaiku dari awal kami kenalan, tapi aku yang memaksanya untuk mencoba siapa tahu lama-lama bisa.”. suara Iyut pasrah.
Ratih tidak tega , dipeluknya Iyut untuk menenangkan. “Tenang mbak, sabar yah”.
“Dik kemarin mas Danang bilang ke aku bahwa tak sanggup lagi bersandiwara dengan hatinya, dia tak mau terjebak dalam kepalsuan. Mas Danang cerita bahwa dia sudah menemukan tambatan hatinya, lalu gimana dengan aku, aku sangat mencintai mas Danang,hi………..khik hik……..”. Iyut menangis tertahan. Begitu pilu, mengiris hati, oh…………bagaimana ini.
Ratih membiarkan Iyut menangis, untuk menumpahkan perasaan galaunya. Setelah agak lama Iyut merasa lebih ringan beban hatinya. Dia menatap lekat-lekat mata Ratih.
“Dik apa mas Danang sudah nembak kamu ?”.
“Nembak ?, belum tuh mbak, lagian mungkin yang dimaksud mas Danang bukan aku, kan masih banyak cewek-cewek yang ada disekeliling mas Danang “.elak Ratih.
Iyut mengangguk , pandangan matanya sedih. Iyut sibuk menerka-nerka siapa cewek lainnya yang saat ini dekat dengan Danang. Tapi kenapa Danang selalu yang dibicarakan Ratih, gadis yang sekarang ada di depannya.
Entalah apa yang berkecamuk di pikiran Iyut. Ratih terlalu letih untuk menerka lalu dia pamit pulang, tak lupa pamit juga pada mama Iyut.
Hari ini hari yang memberatkan bagi Ratih. Tiba-tiba kepala Ratih puyeng gak karuan. Dia tiduran sambil membayangkan kejadian tadi siang. Danang………….mas Danang kenapa kamu tega seperti itu. Setiap cewek kamu beri harapan palsu.
Tak terasa Ratih ketiduran, sampai sore menjelang malam. Terdengar suara adzan maghrib, Ratih keluar kamar mau ambil air wudhu. Berpapasan dengan Danang.
“Kok gak kelihatan seharian dik, kemana aja ”. Tanya Danang .
“ ada kok di kamar, nyelesaian tugas “. Jawab Ratih pendek
“Sakit yah ?, kok pucat. Sudah dibilangin suruh istirahat kok masih bandel. Ingat , kita jauh dari orang tua, harus pandai-pandai menjaga kesehatan”. Danang menasehati.
Ratih diam tidak merespon., ambil air wudhu dan kembali ke kamar, sholat maghrib.
Usai sholat. Wita yang nasrani sudah menunggunya untuk cari makan malam di warung sederhana dekat tempat kost. Sambil melipat mukenanya Ratih mengisyaratkan gak ikut
.” Aku gak makan Wit. Perutku rasanya gak enak “.
“dibungkusin yah, minta lauk apa ?”. Ratih menggeleng pelan. Dia mengambil roti isi coklat dari dalam tasnya 2. Diletakkan di atas meja dimakan satu.,tinggal satu dibiarkan tergeletak
“Benar nih gak ikut , tuh suara kaki Anton sudah turun nyamperin kita”.
Ratih menggeleng, dia mengisyaratkan mau tidur sambil menempelkan kedua telapak tangannya di kepala. Wita makhlum dan tahu betul bahwa Ratih sedang tidak mau diganggu.
Pagi itu Anton blingsatan karena kemarin seharian gak bertemu Ratih. Di sms gak dibalas, di telpon gak diangkat, diketuk kamarnya gak dibukain. Sama dengan Danang, dia hanya sempat berpapasan ketika Ratih mau ambil air wudhu, selebihnya dia gak bisa menghubungi Ratih lagi.
Danang benar-benar gak bisa tenang. Takut kalau Ratih sakit lagi. Segera ditulisnya sms “Dik apa kamu sakit.tlng dibls ya”. Setelah menunggu 1 menit, 1 jam , sms itu pun gak dibalas Ratih. Semakin membuncah perasaan khawatir Danang, tapi dia juga gak bisa berbuat apa-apa., hanya menunggu jawaban sms dari Ratih.
Sore itu ada tamu yang gagah dan ganteng mencari Ratih. Polisi Brimob yang dinas di sukajadi . Ratih menerima dengan gembira. Wajahnya ceria, tertawanya lepas, terdengar sampai kamar atas tempat para cowok.
Anton dan Danang yang mendengar suara Ratih jadi gondok. Mereka khawatir setengah mati pada Ratih yang seharian mengunci diri di kamar yang dikhawatirkan malah bisa guyonan seperti itu.
Anton turun pura-pura mau mengambil sesuatu dibawah., padahal dia mau melihat apa yang sedang dilakukan Ratih sebenarnya.
“Eh ada tamu. Saudaranya Ratih yah “. Anton bertanya pura pura gak tahu sambil mengajak kenalan. Mereka berdua berjabat tangan.
“Anton, sahabatnya Ratih “. Kata Anton mantap.
“ Totok teman baru Ratih “. Jawab Totok tak kalah mantapnya. Namanya juga polisi. Akhirnya Anton ikut nimbrung. Mereka bertiga terlibat obrolan yang seru.
Sejak kejadian sore itu, sejak didatangi Totok , Ratih dalam melalui hari-harinya senantiasa gembira. Seakan kesedihan hatinya telah menguap, tidak terbebani perasaanya pada Danang, tidak merasa bersalah pada Iyut, pokoknya perasaannya benar-benar plong. Bebas. Merdeka.
Sebaliknya Danang makin khawatir dengan kedekatan Ratih dan Totok, makin berusaha untuk mencari cara menjauh dari teman-teman gadisnya terutama pada Iyut. Sekedar untuk meyakinkan Ratih bahwa dia tidak ada hubungan yang serius dengan teman –teman ceweknya.
Dan Anton sendiri semakin protect pada Ratih. Ido hanya bingung melihat tingkah kedua temannya.Mereka bersahabat tapi ternyata saling sikut walaupun dengan halus .
Sengaja hari minggu Danang mau ngajak Ratih ke Lembang, jauh dari tempat kost, lagipula udaranya yang sejuk akan sangat mendukung apabila untuk menyelesaikan masalah mereka, yang tanpa mereka sadari telah membuat mereka menjadi bermusuhan tanpa sebab.
Satu sama yang lain saling menghindar, Ratih seakan alergi bila bertemu dengan Danang, tapi aneh bila dia tak mendengar suara Danang, Ratih juga tidak tenang seakan ada yang hilang dari rongga hatinya. Begitupun Danang, dia ingin dapat bercengkerama dengan Ratih, berangkat kuliah bersama, saling memberi perhatian seperti dulu tapi melihat roman muka Ratih selalu ditekuk bila bertemu dengannya, dia jadi minder dan takut Ratih makin menjauh darinya apabila dipaksa.
Untuk sementara yang bisa dilakukan hanya melihat dari jauh, senyum manis Ratih, kesederhanaan Ratih, dan keceriaan Ratih.Syukur – syukur kalau Ratih mau menegur atau hanya sekedar memberi salam.
Tapi untuk hari minggu ini tidak, Danang sudah bertekad, dia harus bisa mengajak Ratih keluar dari persembunyiannya. KAMAR. Dengan menyanggong di depan pintu kamar Ratih, akhirnya berhasil juga Danang mengajak Ratih keluar dengan tujuan Lembang. Dengan mengendarai motor, mereka melaju.
Danang kali ini melarikan motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi, sehingga membuat Ratih mau tidak mau harus berpegangan erat pada pinggang Danang, untuk mengusir rasa takut dan hembusan udara dingin yang serta merta menyergapnya , dan itu memang yang diharapkan Danang.
Dia tersenyum kecil menyaksikan Ratih memeluk pinggangnya erat, sementara kepalanya disandarkan dipunggung Danang. Ingin rasanya Danang tetap melajukan motornya, sayang apabila pelukan Ratih harus berakhir, tapi dia juga harus berhenti mencari tempat yang tenang untuk mulai membicarakan masalah yang selama ini menghantui perasaannya.
Tapi belum sampai tujuan Ratih sudah minta berhenti, dia sudah gak tahan dengan udara dingin yang menyergapnya.
“Mas sudah-sudah berhenti disini saja,please”, suara Ratih gemetar menahan dingin.
“Apa ?, gak denger “,
“Berhenti donk, aku lompat loh , kalau gak mau berhenti”, ancam Ratih gemes dan pura – pura marah
Akhirnya Danang menepihkan motornya,kebetulan tak jauh dari tempat dia berhenti ada warung sederhana yang lumayan nyaman untuk tempat istirahat. Danang memarkir motornya , Ratih mengikuti dari belakang. Mereka berdua beriringan masuk ke warung, memilih tempat duduk yang agak menjorok kebelakang. SEPI.
Setelah mendapatkan tempat duduk yang nyaman Ratih melonjorkan kakinya yang terasa mulai kesemutan. Danang duduk di sampingnya. Mereka memesan teh panas , nasi timbel dan gurami bakar. Sambil menunggu pesanan datang Danang mencoba membuka obrolan dengan Ratih .
“Dik…., maaf yah telah membuatmu merasa gak nyaman”.
“Iya gak apa-apa kok, tapi lain kali jangan kencang-kencang toh, aku takut kalau mengendarai motornya ngebut”.
Waduh…. lain kali, goooood berarti masih ada waktu-waktu lagi untuk dapat membonceng Ratih. Tiba-tiba hati Danang bersorak riang.
“ea deh janji.., dingin yah ?, sini tanganmu “. Tanya Danang sambil meraih tangan Ratih.
“untuk apa, gak ah “. Elak Ratih. Danang tak menggubris, segera ditariknya tangan Ratih dan digosok-gosokan dengan tangannya, lalu ditiup-tiup pelan. Perlahan-lahan perasaan hangat mengaliri nadinya, tapi bukan karena tangannya digosok-gosok Danang, tapi emang perasaan lain yang selama ini dia simpan yang menyebarkan kehangatan itu.
Dada Ratih berdegup kencang. Ratih dengan segera menarik tangannya dari genggaman Danang. Ratih tak ingin Danang tahu apa yang berkecamuk dalam dirinya. Sungguh tak boleh. Biar ini jadi rahasia hatinya saja.
Bersamaan dengan itu datanglah pesanan mereka. Mereka berdua makan tanpa bicara. Ratih mencoba untuk cuek. Sedang Danag sibuk memperhatikan Ratih. Selesai mereka makan, tidak langsung beranjak pergi. Ratih menghabiskan teh panasnya seakan ingin menutupi kegugupan nya.
“Dik…………………, bagaimana perasaanmu padaku “, tiba-tiba Danang bertanya tanpa basa basi. Langsung tepat pada sasaran yang diinginkan.
Yang ditanya bingung. Apaan ?”.
“Maksud mas Danang apa sih “.
“maksudku aku ingin tahu apa perasaan kita sama”.
“Emangnya perasaan mas Danang apa ?.
“Aku sayang sama kamu, aku ingin kamu jadi pacarku dik. Aku sayang kamu sejak kita jumpa pertama kali”. Danang membuat pengakuan yang membuat Ratih kegirangan, tapi tiba-tiba ada bayangan Iyut yang berkelebat didepan mata Ratih.
“Lalu bagaimana dengan mbak Iyut , mas ?”.
“Iyut!, sungguh aku gak ada hubungan apa- apa dengannya dik. Kami hanya teman”.
“Kalau teman lalu kenapa sampai mbak iyut mengartikan lain?.
“yah…………..aku gak tahu, selama ini juga aku gak pernah nembak dia, atau siapa-siapa cewek yang sering nyamperin aku. Mereka semua kuanggap teman kok “.
“Oke , kalau yang lainnya mas anggap teman, tapi mbak Iyut kenapa mamanya juga menaruh harapan padamu “.
“Yah……..aku gak tahu”.
“mas kuakui aku emang sayang sama kamu, tapi kalau aku disuruh merebut pacar orang, maaf. Maaf sekali aku gak bisa “.
“Lalu bagaimana dengan aku, apa aku harus ikut dalam permainan obsesinya Iyut. Gak. Aku gak bisa dik. Aku gak bisa , aku harus menyudahi semua ini.”.
“Sudahilah mas dengar baik-baik tapi tolong jangan libatkan aku. Aku cukup puas bisa mencintai kamu, dan kamu ternyata juga mencintai aku. Itu sudah lebih dari cukup bagiku.”.
“Kamu gak adil dik, terus apa aku harus menggadaikan perasaanku ?’.
Ratih mendekati Danang. disentuhnya tangan Danang dengan lembut .Dia begitu gak tega melihat Danang terperangkap dalam kisah cinta yang tak diinginkannya.
Danang menunduk sedih. Ratih memegang kedua tangan Danang dengan erat. “Aku percaya mas Danang pasti bisa menyelesaikan dengan baik. “bisik Ratih
. Danang diam membisu. “Dik…..aku selesaikan masalahku dengan Iyut, tapi janji kamu harus menungguku”.
Ratih tak menjawab, ada yang teriris dalam hatinya, ingin rasanya dia menangis di bahu Danang , laki-laki yang dia cintai ini. Tapi tidak!, dia tidak boleh melakukan itu. Dia harus tegar. Dia harus kuat. Dia harus menyudahi perasaannya .
“Ayo kita pulang mas, jangan sampai teman –teman mencari kita.”
Danang berdiri lunglai. Dia ambil motornya, Ratih membonceng di belakang. ANEH. Kalau tadi Danang mengendarai dengan kecepatan tinggi, kali ini justru sebaliknya, Danang menjalankan motornya pelan., hampir merayap, padahal jalanan menurun.
Rasanya Danang tak ingin menyudahi kebersamaannya dengan Ratih. Ingin dia membawa Ratih entah kemana, yang jelas . jauh dari Iyut.atau Anton, Totok atau yng lainnya, yang jadi batu sandungan bagi hubungan mereka.
Ratih tahu betul apa yang berkecamuk dalam hati Danang. Diapun sebenarnya masih tetap ingin berduaan dengan Danang. Tanpa terasa tangannya melingkar dipinggang Danang. Kalau tadi karena Ratih ketakutan tapi kali ini Ratih ingin menenangkan Danang. Danang merasa senang dan damai hatinya ketika melihat tangan Ratih melingkar erat dipinggangnya.
Mereka berdua diam , masing-masing dengan pikirannya sendiri-sendiri, yang jelas hari ini mereka menikmati perjalanan dari Lembang ke Setia Budi dengan perasaan yang luar biasa.
Sejak kejadian minggu itu, Ratih sudah bertekad untuk segera menyudahi semuanya, Dia ingin focus pada tujuan semula. KULIAH.
Tanpa bermaksud meninggalkan sahabatnya:Anton, Ido, Wita dan Danang. Dia memutuskan pindah kost di Cilimus. Di Rumah dosennya, kebetulan Pak Hari dosen statistik juga menawarinya untuk menjadi guru les privat putranya, belum lagi Hengki teman KKN yang cina itu juga menawari jadi guru les privat adikknya.
Dengan alasan itu akhirnya semua teman kosnya di panorama bisa menerima kepindahan Ratih.Mereka semua mendukung keputusan ratih untuk pindah kost, walau tak dapat dipungkiri, mereka semua merasa kehilangan sosok yang begitu menyenangkan.Lebih – lebih Danang dan Anton, untuk beberapa hari mereka sempat shock. Mengurung diri di kamr.
Hari-hari Ratih berlalu dengan banyak aktivitas, baik aktivitas kampus mapun pekerjaan barunya sebagai guru les privat.maupun asisten dosen.
Sekarang Ratih sudah semester 8 dia mulai sibuk menyusun skripsi. Sedang Danang dan Anton kelihatan masih banyak harus mengulang beberapa mata kuliah.
Semenjak Ratih pindah kost memang kedua laki-laki itu seperti frustasi, jarang kuliah, jarang mengumpulkan tugas, jarang berkumpul dengan komunitas orang jawa yang mempunyai grup dengan nama keren POKJA(Kelompok Jawa) yang anggotanya semua mahasiswa dari Jatim dan Jateng.
Dan Ratih tidak ada kesempatan lagi untuk mencari tahu keberadaan dua makhluk yang dulu sangat berarti dalam dirinya. Pernah dalam kesempatan syukuran kakak kelas yang sudah lulus , Ratih , Anton, Danang berkesmpatan bersama menghadiri, tetapi entah kenapa suasana yang dulu cair kini seperti membeku bagai es.
Danang hanya mampu melihat Ratih dari jauh tanpa ada keberanian untuk mulai mendekat, sedang Anton memamg duduk di samping Ratih tapi sikapnya tidak seramai dulu, kesannya formal banget. Ratih berusaha untuk tenang, sesekali dia mengajak Anton bergurau. Tiba – tiba hpnya bergetar, tanda ada sms masuk. Dibukanya ada pesan dari nomer tak dikenal :
Mata hati menatap sunyi, ………..
perih bagai teriris belati,
ingin kuraih mimpi, tapi tak mampu bahkan untuk kudekati,
hai mimpi……,kenapa kau tawarkan aku sepenggal luka hati,
kenapa kau tinggal aku sendiri……. berteman sepi
kenapa kau tega mencampakan cinta suci ini
dari seseorang yang selalu menyayangimu : DANANG
Ratih tak kuasa untuk menahan genangan airmata yang mulai mengintip keluar dari kelopak matanya, ditolehnya Danang yang sedang duduk sendiri disudut ruangan, menunduk sambil memainkan hp, mungkin menunggu jawaban hati Ratih.
Tiba- tiba tangan Ratih sudah mulai mengetik sederetan huruf : Mas bisa kita keluar sebentar. Singkat pesan itu., dan tanpa menunggu jawaban Danang, Ratih sudah beranjak keluar.
Ratih duduk di teras agak menjorok kedalam, sambil menyeka air matanya Ratih berusaha menata hatinya. Danang tepat dibelakangnya, diam mematung, tanpa ada yang bersuara untuk beberapa saat.
“Apa kabar mas, agak kurusan, kurang tidur yah “, Tanya Ratih membuka pembicaraan.
Danang tak menjawab, hatinya bergejolak, sungguh dia tak ingin perhatian manis ini, dia ingin Ratih benci, marah atau apalah, agar dia punya alasan untuk segera menghapus bayangan Ratih dari benaknya. Tapi Ratih tetap Ratih, seorang gadis manis yang santun, penyayang dan baik hati. Hu………………..danang mengeluh lirih.
“Mas……….maaf yah kalau aku mengganggumu, ng…………..lebih baik aku pergi saja, mungkin mas Danang akan lebih tenang “, lanjut Ratih berusaha untuk berdiri.
Tiba- tiba dengan sigap tangan kekar Danang telah menggenggam tangan Ratih yang mungil.
“Please…, aku mohon tetaplah disini dik”. Akhirnya Danang bersuara juga
Mas………….”, tangan Ratih menggenggam tangan Danang, “Ada yang bisa saya bantu?’, lanjutnya perlahan.
“Dik……maafkan aku, kalau emang aku salah, tapi jangan kamu pergi dariku, jangan kamu abaikan aku, paling enggak anggaplah aku sebagai sahabat atau kakak mungkin”. Jawab Danang lirih bahkan saking lirihnya Ratih sampai hampir tidak mendengar.
“Mas…….., percayalah aku juga sama denganmu, aku sayang mas Danang, tapi aku juga gak mau mengacaukan mas Danang, lebih baik kita menata hati masing – masing, siapa tahu ntar ada jawaban untuk kita “.
Danang tak menjawab, hanya tangannya yang lebih erat menggenggam tangan mungil Ratih, dia tak ingin melepasnya.
Mereka berdua tanpa bicara hanya menghabiskan waktu dengan saling menatap dan berpegangan tangan, saling diam dan saling mengurai kata dalam hati sampai acara selesai, dan malam itu Danang sedikit gembira karena dapat mengantar Ratih pulang ke tempat kosnya. Sedang Anton hanya bisa menatap dari jauh dengan perasaan yang campur aduk .
Bulan April , bulan yang sangat membahagiakan dalam hidupnya, dengan penuh perjuangan akhirnya selesai juga kuliahnya, dan Ratih akan mengikuti wisuda dengan presatasi yang sangat memuaskan. Yang akan mendampingi wisudanya nanti Ayah, Ibu, mas Gatot kakak laki-laki satu-satunya. Tidak ada teman spesial, tidak Danang ,tidak Anton , tidak pula Mas Totok, walau semalam mas Totok masih ikut jemput keluarganya di stasiun namun untuk acara bersejarah ini, Ratih gak ingin sembarang orang jadi .pendampingnya.
Usai wisuda Ratih masih membantu dosennya pak Heri untuk jadi asistennya, Ratih masih memberi les privat,, ratih masih setia mengunjungi perpustakaan, ratih masih aktif dalam perkumpulan di POKJA, tetapi Ratih tidak lagi bisa duduk bersama Danang dan Anton sebagai mahasiswa. Sedangkan Ido selesai wisuda langsung pulang kampung ke Nganjuk. Ido tidak mau berlama – lama di Bandung, dia ingin segera mencari pekerjaan.
Akhirnya enam bulan berikutnya Ratihpun memutuskan untuk pulang ke Surabaya. Dia tinggalkan kota Bandung dengan seribu kenangan didalamnya. Ratih tidak mengadakan pesta perpisahan dengan teman – temannya, Dia hanya mengirim sms pada Anton dan Danang, bahwa dia mau liburan ke Surabaya untuk sementara waktu.
Sedangkan Danang dan Anton mulai bangkit semangat belajarnya untuk segera menyelesaikan kuliahnya. Mereka seakan berlomba untuk segera selesaikan skripsinya. Ingin cepat menyandang gelar sarjana , ingin cepat pulang ke jawa timur , menyusul sahabatnya Ido .

KREATIVITAS TIDAK SAMA DENGAN GILA

KREATIVITAS TIDAK SAMA DENGAN GILA

Siang Itu Aku kebetulan ada waktu kosong , Sehingga Aku dapat mengunjungi TK “favorit” , salah satu TK swasta yang mempunyai fasilitas cukup lengkap untuk ukuran daerah setingkat kabupaten. Dengan diantar kepala TK aku mencoba untuk masuk kelompok B yang kebetulan kelasnya begitu hening, ini jelas menggelitik keinginan tahuku, heran…… karena dunia anak TK adalah dunia suara, mereka tidak bisa diam, selalu ada yang menjadi bahan celotehan mereka. Didorong rasa penasaran yang besar kudekati mereka, sedang belajar apa mereka? Deg…………., hampir copot jantungku ketika melihat peri peri kecil (anak anak TK ) sedang berusaha menyelesaikan tugas perkalian, seperti layaknya siswa SD mereka tampak berfikir keras, dengan kening mengernyit, menandakan mereka sedang serius memikirkan jawaban soal sampai -sampai mereka tidak berani mengeluarkan suara. Tiba tiba hatiku merasa pilu, seperti teriris.., sedih….., prihatin , ada butiran kecil yang membasahi pipiku, ada kekhawatiran yang tak bertepi dalam sudut hatiku. Why ? Kenapa mereka harus begitu terbebani ? Kenapa keceriaan harus sirna dari wajah polos mereka ? Kenapa wajah berseri dan polos itu harus berganti dengan keseriusan yang terpaksa,? kenapa…………?,aku menghela nafas panjang……., belum usai rasa sedihku, tiba tiba aku harus dikejuttkan lagi dengan suara bu guru yang masih memberi PR (pekerjaan rumah ). O o…, aku bingung , sungguh bingung sampai tak bisa berkata – kata untuk dapat menterjemahkan perasaanku yang campur aduk tak karuan. Sebagai seorang guru TK yang sangat mencintai anak –anak kecil sungguh aku tak rela dengan apa yang kulihat pagi ini, tapi aku tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya sebelum aku pulang . Kucoba memberanikan diri bertanya kepada Kepala TK “favorit” tersebut , jawabnya untuk kemajuan TK. Aku tersenyum sedih., sehingga dalam perjalanan pulang aku masih terbelengu oleh pengalamanku siang ini, dan tiba-tiba aku merasa sesak napas. Oh……..teman –teman guru TK…, tolonglah berilah ruang gerak pada anak –anak kita untuk dapat menikmati dunianya. Jangan pasung kreativitas mereka, hanya karena kita ingin mendapat predikat “sekolah unggulan”, bagiku ini bukan kemajuan yang ditawarkan tetapi pembunuhan karakter anak, kalau ini tetap berlangsung , aduh kasihan sekali mereka untuk 3 – 4 tahun kedepan,atau periode-periode berikutnya , kalau sudah begitu apa kita masih bisa puas atau merasa bangga , kalau yang terjadi anak- anak yang harusnya dapat kita banggakan sampai mendapat “masalah” dalam perjalanan menyelesaikan pendidikannya, dan disitu jelas anda berperan dan ikut ambi l bagian dalam pembentukan pribadi yang rapuh, dan… entahlah. (aku bingung ).

Pagi itu …., dengan wajah berseri aku masuk kelasku (kelompok B) peri –peri kecilku lari menyambutku. Dengan senyum tulus dan ceria semua mengucapkan salam “ selamat pagi bu guru…,. Kujawab dengan gembira dan senyum manis “ pagi “, .
Sambil mengumpulkan daun-daun mangga, yang pagi itu rencanaya akan kujadikan sebagai materi bidang pengembangan seni (indicator 22) membuat berbagai bentuk dari kertas, daun-daunan. Yah! Pagi itu. anak-anak akan kuajak membuat mahkota raja dari daun mangga.. Ini bukan bentuk penghematan atau mau mudahnya saja , tapi sebagai seorang guru TK kan dituntut untuk pandai memanfaatkan lingkungan dan secara kebetulan di TK kami banyak ditumbuhi pohon mangga, jadi klop kan.

Dengan asyik dan kegembiraan yang terpancar dari peri-peri kecilku , terlihat mereka sangat antusias dalam merangkai daun –daun mangga menjad i satu lingkaran yang pas dengan lingkar kepala mereka. . Dan lucunya ketika ada salah satu temannya sudah selesai dan mencoba untuk memakainya , teman –teman yang melihatnya langsung tertawa cekikikan dan tertawa lepas . “Bu….Andi jadi raja “, teriak salah seorang anak di sudut kelas. Aku tersenyum mengangguk “yah ..semua akan jadi raja kalau mahkotanya sudah selesai “, . Merekapun menjawab “ya..bu”. Segera mereka melanjutkan pekerjaannya , berlomba untuk dapat menyelesaikan dengan cepat sambil mulutnya tak henti bercerita

Pagi itu aku puas, aku gembira karena sudah membuat peri-peri kecilku berkarya dan yang penting mereka dapat menghargai hasil karyanya. Esok hari …., aku sudah merencanakan akan mengajak anak –anak mengenal bagian- bagian tanaman. Anak- anak akan kuajak ke kebun . Semua peralatan sudah kusiapkan, ketika tiba-tiba ada suara menangis pelan tertahan seperi tangis terluka. Aku terkesiap kaget , kucari asal suara tangis …”hey… selamat pagi Evita, kog menangis ada apa sayang ?,tanyaku. Evita tidak menjawab, termenung sejenak, lalu “ bu…., aku gak boleh pakai mahkota raja kemarin, , kata mamaku seperti orang gila, aku akan dibelikan mahkota yang bagus , tapi Vita kan suka mahkota yang bikin sendiri “, . Aku kaget sekaget-kagetnya , dengan spontan kupeluk erat tubuh mungil Evita, untuk sesaat aku bingung apa yang akan aku jelaskan untuk anak sekecil Evita. Setelah agak tenang kukatakan dengan pasti “ sayang…….Evita tidak seperti orang gila, tapi Evita anak yang kreatif. Ingat sayang kreativ itu bukan gila”. Jawabku yakin. Evita mengangguk senang lalu berlari keluar bermain dengan temannya kembali. Aku masih tercenung…, sedih dan tidak mengerti . tiba- tiba teringat peristiwa kemarin , ketika melihat seorang guru TK telah membebani siswanya dengan tugas yang melebihi kemampuan anak (yang dengan rasa jengkel telah kuvonis seepagai guru pembunuh karakter anak ), tapi sekarang yang kutemui lain lagi…, seorang ibu dengan tanpa perasaan telah memberi cap “orang gila” hanya karena anak memamerkan hasil karyanya berupa mahkota raja dari daun mangga. Yang notabene hasil karya tersebut diperoleh dari gurunya, yaitu aku…(penulis ) berarti penulis artikel ini juga “gila”. Ah, entalah kuserahkan penilaiannya pada semua pembaca budiman. Tapi penulis punya keyakinan bahwa kreativitas itu tidak sama denga|n gila dan kemajuan sekolah juga tidak sama dengan pembunuhan karakter anak. . Dan sudah sewajarnyalah kalau kita para guru dan orang tua hendaknya mulai mengingat kembali dan selanjutnya mempunyai sikap seperti motto bapak pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantoro dalam memfungsikan jabatan dan kedudukan , yaitu “ Ing arso asung tulodho, ing madyo ambangun karso, tut wuri handayani “ ,(keteladanan, pemberdayaan dan motivasi) yang ketiga motto tersebut jelas tidak dapat dipisahkan secara tegas dan praktis karena saling terkait. Akhirnya BRAVO untuk pendidikan Taman Kanak Kanak Indonesia.

DRA. SURATININGSIH
Tk Negeri Pembina Kawedanan Magetan